Setiap kali ada yang membahas rekomendasi novel sastra Indonesia bagus, maka Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi selalu masuk hitungan. Jujur saja beberapa tahun ini aku mulai jarang membaca sastra fiksi. Padahal, ketertarikanku kepada buku diawali dari Fiksi. Ya begitulah, sepertinya selera seperti halnya mode fashion maka suatu saat akan berputar dan kembali ke titik awal. Satu kata untuk novel ini "BRILIAN". Kok bisa sih kepikiran cerita serumit ini tapi enak diikuti ngga bikin ngantuk? Bayangin nama tokohnya saja sudah wow keren abis, belum lagi alurnya. NGGA KETEBAK!!
Identitas Buku
Judul: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi
Penulis: Yusi Avianto Pareanom
Jumlah Halaman: 450
Sinopsis
SUNGU LEMBU menjalani
hidup membawa dendam. Raden Mandasia menjalani hari-hari memikirkan
penyelamatan Kerajaan Gilingwesi. Keduanya bertemu di rumah dadu Nyai
Manggis di Kelapa. Sungu Lembu mengerti bahwa Raden Mandasia yang
memiliki kegemaran ganjil mencuri daging sapi adalah pembuka jalan bagi
rencananya. Maka, ia pun menyanggupi ketika Raden Mandasia mengajaknya
menempuh perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung.
Berdua, mereka tergulung dalam pengalaman-pengalaman mendebarkan: bertarung melawan lanun di lautan, ikut menyelamatkan pembawa wahyu, bertemu dengan juru masak menyebalkan dan hartawan dengan selera makan yang menakjubkan, singgah di desa penghasil kain celup yang melarang penyebutan warna, berlomba melawan maut di gurun, mengenakan kulit sida-sida, mencari cara menjumpai Putri Tabassum Sang Permata Gerbang Agung yang konon tak pernah berkaca—cermin-cermin di istananya bakal langsung pecah berkeping-keping karena tak sanggup menahan kecantikannya, dan akhirnya terlibat dalam perang besar yang menghadirkan hujan mayat belasan ribu dari langit.
Berdua, mereka tergulung dalam pengalaman-pengalaman mendebarkan: bertarung melawan lanun di lautan, ikut menyelamatkan pembawa wahyu, bertemu dengan juru masak menyebalkan dan hartawan dengan selera makan yang menakjubkan, singgah di desa penghasil kain celup yang melarang penyebutan warna, berlomba melawan maut di gurun, mengenakan kulit sida-sida, mencari cara menjumpai Putri Tabassum Sang Permata Gerbang Agung yang konon tak pernah berkaca—cermin-cermin di istananya bakal langsung pecah berkeping-keping karena tak sanggup menahan kecantikannya, dan akhirnya terlibat dalam perang besar yang menghadirkan hujan mayat belasan ribu dari langit.
Review
Buku ini masuk kategori fiksi sejarah dewasa ya, sekali lagi kuingatkan ini fiksi. Jadi jangan membayangkan apakah ini merupakan dongeng dari tempat A atau tempat B. Benar-benar di universe yang tak kukenali. Ketika membaca judulnya, aku lapar. Eh ternyata bada bagian-bagian dalam novel in yang memang membahas perdagingan.
Novel ini lebih banyak menggunakan sudut pandang si Sungu Lembu, bukan si Raden Mandasia atau bukan juga aktivitas pencurian daging sapinya. Aku jadi penasaran bagaimana sih proses kreatif novel ini, karena kok kayak mix antara berbagai dongeng gitu. Mulai dari
bapak tua yang mirip Gepetto, kisah Sangkuriang, kisah Nabi Yunus, dsb.
Intinya
jika kalian ingin membaca buku Indonesia yang kaya akan pemaparan, kuat
di alur cerita dan tokohnya saya rekomendasikan novel ini! Pantas saja
kalau Novel ini berhasil menjadi pemenang di Khatulistiwa Literary Award 2016!
Tapi, novel ini bagiku sekadar hiburan semata. Dia tidak sampai menuntunku untuk mencari tahu lebih lanjut akan sesuatu. Dan, aku nggak yakin bakal keingat ceritanya beberapa tahun yang akan datang. Sepelupa itu aku kalau tidak ditulis di sini.
Quotes
Kemenangan terhebat dalam pertempuran justru ketika kita tak perlu mengangkat senjata. Masih ada lagi: tak ada senjata yang lebih tajam ketimbang akal, tak ada perisai lebih ampuh ketimbang nyali, dan tak ada siasat yang lebih unggul ketimbang hati. hlm. 83
Maju ke pertempuran dengan kepastian bakal dijemput maut bisa dianggap keberanian tertinggi. Tapi, kalau kebinasaan ini tak mendatangkan manfaat untuk diperjuangkan, untuk apa? ada banyak cara melawan. hlm. 92
Sesuatu yang sempurna tak punya hasrat lagu mencari. Sebuah perahu yang sempurna tak akan butuh lagi mencari ikan, muatan, teman, pelanggan, bahkan tanah baru. hlm. 211.
Post Comment
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung.
Komentar berisi LINK HIDUP akan DIHAPUS.
^^ @Innnayah