“aku dimana, aku dimana?” adalah pertanyaanku pada diriku sendiri setiap kali bangun pagi seminggu setelah pulang dari Kalsel. Otakku perlu beberapa detik untuk sadar bahwa aku sudah kembali, tidur di sofa apartemen, sendirian dan harus segera mandi untuk berangkat kerja. Oh no!!! susah move on begitu saja dari perjalanan eksplor 5 hari 4 malam di Kalimantan Selatan. Tujuan utamanya hunting aerial video pakai drone, tapi yang kudapatkan lebih dari itu.
Ngedrone luar pulau, kesempatan berharga
Kangen banget ngedrone luar pulau. Tidak ada yang bisa
dieksplor di dekat tempat tinggalku selain atap pabrik. Sekalinya ngedrone ya
pinginya yang jauh sekalian. Terakhir kali traveling jauh sebelum pandemi
adalah ke Karimun Jawa. Setelah itu, udah deh…vakum. Feed Instagram isinya
berubah dari aerial photo jadi makanan hahaha.
Ketika ada kesempatan yang diberikan oleh Shafwah holiday
untuk hunting aerial view di Kalimantan Selatan, tanpa pikir Panjang aku “iya”in.
padahal belum tahu Kalsel ada apaan, bahkan ibukota Kalsel aja aku lupa *parah.
Oiya jadi ini adalah event yang mengajak pilot drone dari 34 propinsi gitu
konsepnya. Makin seru dong yahhh, nambah network. Beneran deh aku musti lihat
peta dulu baru ngeh kalau ternyata 2018 pernah ke tetangganya Kalsel, yaitu
tepatnya Balikpapan. Nengokin beruang dan ngedrone juga tentunya.
Baca: 2 hari 3 malam ngedrone di Balikpapan
Bagi orang yang tinggal di pulau Jawa, pergi keluar pulau
tuh rasanya kayak wow very excited. Aku emang lebih suka traveling tipikal adventure,
alam, dibanding wisata artifisial macam spot Selfi gitu hadeeuuh.
Persiapan Traveling di Masa Pandemi (PCR test)
Ketika tulisan ini dibuat, kebijakan traveling dengan pesawat
adalah wajib PCR untuk Jawa-Bali 3x24 jam, sedangkan untuk luar Jawa cukup
Antigen. Ini kebalikan dengan saat aku mau ke Banjarmasin, dimana aku dari Jawa
wajib PCR 2x24 jam untuk masuk Banjarmasin. Begitupun ketika kembali masuk ke
Jawa.
Intinya, karena pesawatku jam 7 pagi 1 Oktober, tepatnya
hari jumat…maka setidaknya aku harus PCR sejak Rabu. Aku naik Lion air yang
tiketnya kubeli sekalian dengan PCR nya. Untungnya salah satu lab rekanan Lion
lokasinya dekat dengan apartemenku. Aku ke lab jam 2 pagi, pada hari kamis. Ahhaha
labnya buka 24 jam kok, tapi petugasnya lagi tidur pas aku datang. Untung saja
nyodok hidungnya tetap nyaman.
Sempat was-was, aduh kalau hasil tesnya ga masuk aplikasi
peduli Lindungi gimana? Ternyata ketika aku on the way Bandara kamis malam jam
9 malam, ada whatsap hasil tes dan aku negative. Okai aman kan ahhaa. Fyi, hasil
tesnya baru masuk aplikasi sekitar jam 1 an malam. Tapi misal hasil tes lab
kamu nggak masuk-masuk ke aplikasi maka di depan pintu check in ada petugas verifikasi
hasil tes. Buat jaga-jaga print aja hasil tesnya yah.
Menginap di Bandara
Salah satu hal yang nggak enak tapi aku kangenin sangat, nginap di Soeta ahhaha. Aku sampai di Soeta sekitar jam 11 malam. Jaga-jaga daripada ketinggalan pesawat karena ribet ini itu. Ternyata emang rame juga yang nginep.
Aku masuk check in area sebelum subuh, sekitar
jam 4 pagi. Antriannya masih wajar, nggak lama. Setelah itu lanjut nonton bola
dan sarapan di warung apa lah itu yang sudah mau masuk gate. Akhirnya dengar kembali
suara announcement bandara.
Day 1 – Tiba di Bandara Syamsudin Noor
Meski kurang tidur, tapi nggak ada rasa ngantuk atau lemes. Mungkin
aku terlalu excited ya, apalagi bandaranya luasss masih kosong. Ya Allah pengen
lari-larian tapi bawaan berat. Aku agak laper sih, tapi kok nggak ada yang jual
makanan ya. Oke, karena sudah ditunggu panitia dari Shafwah maka aku segera
merapat ke titik kumpul.
Rupanya bandara Syamsudin Noor ini masih baru, bahkan jauh
lebih baru dari Balikpapan. Bandara old nya ada di sebelahnya buat parkir helicopter.
Ketika keluar bandara pun sepi, tapi nggak disambut pohon
sawit kok tenang saja. Kondisinya terang benderang, jalannya lebaaar dan sepi. Aku
jadi ingat pas landing di Kuala lumpur, mau masuk kota dari bandara kondisinya
agak mirip gitu.
Partner wkkw |
Aku pasrah aja mau dibawa kemana karena sesuai run down
acara, opening ceremony masih sore jam 3. Aku dan beberapa peserta lain
dikumpulkan di shafwah green guest house Syariah. Di situlah perkenalan pertama
aku dengan nasi box AYAM BAKAR WONG SOLO yang bakal jadi bagian penting dari
perjalanan ini.
Day 1 – Bukit Batu, Waduk Riam Kanan
Usai sholat jumat, ternyata sebagian peserta yang sudah datang akan diajak ke bukit batu di waduk Riam kanan. Kami dibawa dengan BIS SEKOLAH BIRU yang tak kalah pentingnya dengan ayam bakar wong solo. Jujur saja aku belum kenal dengan peserta lain, bahkan nggak tahu mana yang peserta mana yang panitia wkkw. Masih diem-dieman gitu lah ehhehehe.
Singkat kata, perjalanan ke waduk riam kanan seru banget. Jalannya
sepi nggak papasan sama container kayak di Bekasi, hikks. Aku malah sempat
tertidur sebentar saking syahdunya suasana. Lalu aku sampai pada danau super
luas, yang kukira laut wkkwkw. Kata panitia kami mau dibawa naik kapal kelotok
1 jam. Nah serunya, kapalnya itu tingkat dan proper. Jadi nikmat banget
menikmati semilir angin.
Danau Riam Kanan adalah danau buatan yang merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Sultan Adam yang berlokasi di Desa Aranio, Kecamatan Aranio. Sekilas aku jadi ingat waduk Jatiluhur di Purwakarta. Bentuknya memang berupa Waduk / Danau seluas lebih kurang 8.000 Ha dengan fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air satu-satunya di Provinsi Kalimantan Selatan.
Bukit batu |
Danau yang airnya berwarna hijau ini menawarkan pemandangan
alam yang indah. Danau tersebut dikelilingi perbukitan dan banyak desa yang
menawarkan panorama alam yang asri. Suasana tenang sangat terasa, ditambah
dengan pemandangan alam di sekitarnya, pepohonan hijau yang rimbun tampak
mendominasi tepian danau serta perbukitan yang mengelilinginya. Di
tengah-tengah danau, sesekali tampak pondok-pondok kayu terapung yang di
sekitarnya ada jala-jala nelayan setempat.
waduk Riam Kanan |
Ternyata tujuan kami bukan danaunya semata, namun bukit
batu. Apaaan tuh? Wisata Bukit Batu yang terletak di kawasan Waduk Riam Kanan
itu menjadi salah satu destinasi wisata alam yang menawarkan pemandangan
Pegunungan Meratus dan Waduk Riam Kanan yang ramai di kunjungi wisatawan lokal.
aku cinta teh kotak |
Di sana disambut tari-tarian hadrah yang syahdu banget.
masyaallah 33x menikmati jumat sore yang biasanya rungsing diganti ketenangan
hakiki macam itu. Apalagi ketika kembali ke dermaga, senja mulai turun. Aku di
kapal melihat Langi dan air nampak keemasan. Ya Allah 2021 tak seruwet itu
ternyata. Dan aku makin cinta dengan TEH KOTAK.
Day 1 – Menginap di Kiram Park
Biasanya ketika aku ngetrip, nginepnya nggak pindah-pindah. Nah
lain kalau sama yang ini, untuk malam pertama di Kalsel aku akan menginap di
Kiram Park. Sebelum berangkat aku sudah searching-searching sih, ternyata seru
juga tempat ini.
BIS SEKOLAH WARNA BIRU sampai di Kiram Park sudah jam 7an. Ternyata
kok rame ya peserta lain dari luar pulau sudah datang semua. Kami berkumpul di
Balai-balai kayu, tentunya masih belum membaur. Ada 2 kubu yaitu kubu ke Bukit
batu versus non bukit batu wkwkkw.
Oiya kami menginap di gazebo kayu-kayu gitu. Beda dengan
layout hotel, ruangan penginapanya terdiri dari kamar yang cukup luas berisi 2
kasur. Ada meja, AC, dan di belakang ada ruangan lagi. Itu Kamar mandi, tapi
jangan cari shower air panas yah. Kita lagi berpetualang biar makin kerasa
feelnya. Oiya, colokan aman ya. Bebas deh mau ngecas. Yang perlu diwaspadai
adalah sinyal, tapi kartu halo sih ada.
kondisi pagi hari |
Malam itu karena cuapeek aku ingin segera tidur. Aku dapat
room mate mba Nouva asal Medan, kami adalah 2 peserta Wanita. Lainnya pria
hahaha. Fyi ternyata aku sama mba Nouva pernah kenalan dan whatsapan 2 tahun
lalu, baru nyadar di event ini kami dipertemukan kembali.
Sebelum tidur, panitia sudah mengingatkan agar bangun jam 3
pagi sebab akan mengejar sunrise di TAHURA MANDIANGIN.
Day 2 – Tahura Mandiangin
Benar saja, sebelum subuh bahkan kondisi kami sangat ngantuk
dan dingin. Tapi, apapun lah demi sunrise mah. Hayuukk ajah.
Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam yang mempunyai luas
lahan hutan sebesar 112.000 hektar secara administratif masuk dalam ranah dua
kabupaten yang berbeda, yaitu Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut yang
masuk dalam provinsi Kalimantan Selatan. Nama Tahura ini diambil dari nama
Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman Saidullah II yang merupakan
Sultan Banjar yang memerintah dari tahun 1825 hingga 1857.
sebelum kabut datang |
Pengunjung dapat menikmati keindahan alam dengan waktu
terbaik yaitu saat sunrise maupun sunset dari ketinggian 500 mdpl. Jika tidak
berkabut terdapat view waduk Riam kanan hamparan pegunungan dan indah serta
Kota Banjarbaru dan Martapura dari kejauhan. Tapi sayangnya pagi itu kabutnya
luar biasa pekaaaat.
Aku dapat kesmepatan ngedrone di kelompok pertama, yaitu pas
subuh-subuh. Wkkwkw mataharinya belum muncul, Cuma semburat agak jingga saja. Setelah
selesai, maka pilot drone lain gaintian terbang. Hari semakin pagi, dan
akhirnya…mie sedap menghangatkan suasana dan menjadi bekal perjalanan super
jauh ke Loksado.
Day 2 – Loksado
Perjalanan darat yang panjang dan berliku sampai aku
rada-rada mabok. Ketika tingkat kemabokan Sudah hampir mencapai puncaknya,
untunglah kami diminta turun untuk ngedron. Hehe lumayan dapat angin. Ngedrone dalam kondisi agak mabuk sangat bahaya, jangan dibiasakan. Aku sudah
nggak nafsu makan AYAM BAKAR WONG SOLO lagi takut mual karena jalanya berkelok-kelok.
Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan dimana budaya Dayak yang terawat bertemu dengan pemandangan alam yang
menakjubkan. Daerah ini merupakan area yang rimbun dihiasi dengan air terjun
yang indah, sungai yang deras, dan budaya masyarakat pribumi yang mempesona. Selain
ngedroen, ternyata kami diminta rafting pakai rakit bambu di sungai Amandit. Aku
sudah was-was jangan-jangan kayak rafting di Kleten yang jeramnya dahsyat. Ternyata
ini selowww damaaii, sejam yang bermakna banget lah. Kapan lagi naik rakit bamboo
di sungai Kalimantan. Dengan pemandangan bukit yang masyaallah 33x.
Bambu rafting-nya begini, santuy |
Usai rafting dan puas-puasin ngedrone, syukurnya penginapan
kami nggak jauh. Dan alhamdulillah kondisinya di pinggir hutan dan sungai lagi.
Mirip dengan Kiram park, bentuknya rumah kayu panggung dengan 2 kasur dan kamar
mandi.
Penginapanku di pinggir sungai |
Dalamnya penginapan Kiram Park dan Loksado mirip, kurang lebih begini |
Malam harinya ternyata ada jamuan dari Bupati Hulu Sungai
Selatan. Malam mingguan di pinggir sungai Amandit, ada music, ada api unggun,
sate ayam, candle light, dan tentunya teman-teman baru yang Sudah semakin
kenal. Oiya ada bikin gelang juga, khas Dayak yang dari akar-akaran Kalsel itu.
Day 3 – Pulau Bakut dan Sungai Barito
Diantara rangkaian cerita eksplor Kalsel, hari ke-3 ini
termasuk paling fenomenal. Sebab apa? Sehari full di perjalanan, ngedrone-nya cuma
5 menit. Batreku awet gais,,,tapi minim footage ahahha. Nggak apa-apa, priceless
bangeeeet asli bisa lihat senja se-manis itu.
Akhirnya terbang meski cuma 5 menit |
Sesampainya di bawah jembatan Barito, kami terbang per
kelompok. Waktunya terbatas hanya 5 menit. Lumayanlah sudah dapat view pulau
bakut dan jembatan sampai tengah. Tujuan perjalanan kami selanjutnya adalah
hunting Bekantan di dalam pulau Bakut menggunakan kamera darat, karena drone
dikhawatirkan membuat berisik sehingga Bekantan takut. Taman Wisata Alam (TWA)
Pulau Bakut juga merupakan salah satu kawasan konservasi di Kalimantan Selatan
yang merupakan habitat Bekantan dengan tipe ekosistem hutan mangrove.
Kiri-Kanan : Nano Budiman, Dwi, Nouva, Inayah, Felix, Bibo |
Menjelang senja, kami diangkut dengan kapal kelotok
mengarungi sungai Barito dengan tujuan jembatan Bromo. Jembatan ya bukan
gunung, jangan halu deh.
Itu senjaku yang manisss sekali, semanis senja pada sebuah
summer di lantai 65 Sydney City beberapa tahun lalu. Jika waktu itu penuh
kemewahan, manis tapi campur galau, kali ini penuh kesederhanaan, manis dan
manisss ajah.
Senja di Barito |
Di kapal kelotok sampai gelap, tak terasa jamnya makan malam
tiba. Makin manis lah, makan malam nasi padang di atas perahu gelap-gelapan. Kapan
lagiiiiii? Tapi bagi yang kebelet pipis pasti ngga manis. Daratan mana kok ga sampai-sampai.
Karena kendala teknis air surut dan pencahayaan, akhirnya
kami tidak jadi ambil view jembatan Bromo. Kapal gass pol ke kota, menuju hotel
istirahat. What? HOTEL akhirnyaaaa….bisa mandi dengan proper. Kami menginap di
Favehotel Banjarmasin. Usai mandi, aku sempatin cari laundry kilat.
Bukannya tidur menikmati Kasur hotel, Sebagian besar dari
kami malah ngumpul di kafe ARUNIKA dengan komando warga lokal Rido dan Bibo. Malam
itu adalah deklarasi ALUMNI KIRAM PARK yang semoga bisa bermanfaat buat peradaban.
Day 4 – Pasar Terapung Lok Baintan dan Soto Banjar Bang Amat
Baru merem sebentar, sudah harus berangkat hunting lagi ke Pasar apung. Subuh sudah di atas kapal lagi kita, lanjut tidur hehehe.
Sudah gelar lapak masing-masing buat lanjut tidur meski bau solar |
Pasar
Terapung merupakan warisan budaya masyarakat Banjar yang konon sudah ada sejak
ratusan tahun lalu, tepatnya sejak zaman Kesultanan Banjar. Salah satu pasar
terapung yang masih bertahan hingga sekarang adalah Pasar Terapung Lok Baintan
yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk,
kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Aktivitas perdagangan dimulai pukul 06.00
pagi sampai dengan pukul 09.30 WITA.
formasi daun singkong, habis ini daun monstera |
Setelah ngedrone dengan berbagai formasi, selesai juga hunting
pagi nan mendung bergerimis itu. Soto bang Amat menanti kami. Perbedaan Soto
Banjar dan soto daerah lain pasti terletak dari isinya yang HEBOH BANGET. Kuahnya
sedikit bening mirip sop ayam. Pada Soto Banjar, kuah disajikan dengan lauk
suwiran ayam, potongan telur itik, perkedel kentang, bawang goreng, dan tidak
lupa perasan jeruk nipis.
pertama kali makan soto banjar |
Selepas PCR test, checkout, acara selanjutnya adalah seremonial di Amanah Borneo Park. Part absurd sih, karena kami naik odong-odong serta bebek tarik.
Kita mau ke pulau lebah, naik odong-odong dulu gais |
Makin akrab kami dengan sajian mie sedap dan the kotak sore itu. Entahlah meski ada kambing guling, mie sedaplah yang membuat kehangatan terasa *halah opoooo kwkwkw.
Kami dan armada masing-masing (DJI SEMUAAAA) |
Lelah, malam terakhir di Kalimantan Selatan sungguh hening. Peserta
luar pulau kembali ke Kiram park. Kami asik bercengkrama hingga akhirnya sadar “kok
lapar”. Sedangkan kami di pinggir hutan. Alhamdulillah ada berkardus-kardus air
“AMANAH”, BUAH MENTEGA yang aku ragukan identitasnya apakah apel atau kesemek,
serta pisang. BUAH MENTEGA adalah hasil belanjaan kaka MARYONOV dari pasar
apung. Konon itu buah endemic Kalsel.
Yang merah namanya buah mentega |
Pemuda-pemuda saat tidak ada sinyal, bagai 2 dekade lalu |
Day 5 – SAYONARA
Sampai jumpa lagi Kalsel, satu per satu kami meninggalkan Kiram Park. Ada rasa sedih, baru juga nyaman udah pisah *apaaan woy wkwk. Tonton videoku dulu yahh..YANG ALHAMDULILLAH DINYATAKAN SEBAGAI JUARA 1.
Tahun 2021 yang Indah
Maskot event ini, namanya Sugianto |
Jangan lupa senang-senang - Sugi
Sebelum ke Kalsel, aku anggap 2021 hambar banget. Asli isinya kerja-kerja-kerja. Eh, 5 hari ini bener-bener ngubah ekspektasi aku. Kadang perjalanan emang bukan soal destinasinya, tapi keseluruhan makna yang kita dapat.
Muuantaaap bangett.... semoga sukses fiddunya wal akhero
ReplyDeleteWahhh keren pake drone :)
ReplyDeleteKalo aq cita2 pingin ke pasar apung gara2 liat RCTI tapi belum kesampaian :D
Blog walking random malah nyasar disini. Jadi pengen jalan-jalan juga. :D
ReplyDelete