Ketika ada berita vaksinasi, saya sih enggak berharap banget akan segera dapat jatah. Kan katanya vaksin prioritas untuk lansia, nakes, pengantar lansia, pelayan masyarakat, pekerja publik, nah...saya bukan semua itu. Saya pekerja swasta dan masih muda, jadi nunggu vaksin gotong royong yang entah kapan sampai ke kantor saya. Ternyata, sepuluh hari lagi saya akan menjalani vaksinasi ke-2, dengan menggunakan vaksin Sinovac. Alhamdulillah tepat pada saat WHO mengumumkan Sinovac boleh dipakai dalam kondisi darurat, saya dikabari kalau bisa ikut vaksin di kampus. Biar lebih banyak yang tahu, saya mau ceritakan pengalaman vaksin ini semoga bermanfaat.
Tahap Persiapan
Pagi itu, 3 Juni 2021 saya sudah sarapan. Tapi sebelum ke
tempat vaksinasi yaitu di auditorium kampus, saya membawa bekal sosis, roti,
dan teh botol dingin ehhe. Karena kata teman-teman, vaksin Sinovac bikin laper
wkkwkw.
Saya datang jam 8 pagi, para tenaga kesehatan baru
siap-siap. Hari sebelumnya saya sudah mendaftar ke panitia dengan mengirimkan
foto ktp. Pas hari vaksinnya tetap bawa ktp yah, buat jaga-jaga. Jangan lupa
pakai masker serta baju yang mudah dibuka lengannya. Bagi yang tidak berhijab sih saya sarankan pakai baju lengan
pendek dengan luaran cardigan atau jaket. Nah buat yang berhijab, karena nggak
semua tempat vaksin menyediakan bilik khusus jadi ya disesuaikan. Bawa jaket
buat nutupin lengan itu terbaik sih. Karena nyuntiknya di bagian lengan atas,
jadi musti dibuka banget lengan kemejanya.
Proses vaksinasi
Kita akan diberikan nomor urut berdasarkan daftar hadir. Nah kalau
sudah dipanggil, kita akan discreening dulu. Ditanya apa sedang hamil dan menyusui
(buat Wanita), sedang sakitkah, sedang minum obatkah, juga dicek tekanan darah.
Kalau cek suhu sih pasti yah.
Setelah screening ok, kita akan siap-siap divaksin. Tenang kok.
Dosisnya kan cuma 0,5 ml ya..jadi cepet banget. belum sempet video eh udah
kelar hahaa. Ngga lama kayak vaksin polio atau campak jaman SD. Ini mah
sekelebat, tarik nafas, udah beres. Lama gulung lengan bajunya daripada
suntiknya. Jadi buat yang takut jarum, tidak perlu khawatir…beneran ini ya saya
bilangin.
Selesai vaksin, kita akan diminta ke meja pencatatan. Ini meliputi
input data NIK, alamat, nomor hape. Nah habis itu kita menunggu sekitar 15
menit buat mastiin kita nggak ada KIPI (Kondisi Ikutan Pasca Imunisasi). Ngapain
tuh? Duduk aja santai, kipasan, main hape, dagang, menyelematkan dunia, tapi saya
sarankan nggak usah ngobrol-ngobrol nanti malah dapat droplet.
Pas kita lagi duduk-duduk akan ada sms masuk, isinya tentang
tanggal dan lokasi vaksin selanjutnya. Nah, kalau sudah 15 menit nama kita akan
dipanggil sama panitia. Kita dapat kartu vaksin bentuknya seperti ini. Boleh kok
buat foto-foto tapi data dirinya disamarkan yaaah. Setelah itu pulang dan
melanjutkan kehidupan masing-masing.
Pasca Vaksinasi
Oiya ketika vaksin beberapa kali para nakes bilangin ke
kita, kalau bisa jadi ada kejadian ikutan. Nah di kartu vaksin itu ada nomor
darurat juga buat ngabarin kalau misal kita kenapa-napa. Kalau demam kita boleh
kok pakai paracetamol, malah di beberapa lokasi vaksin sekalian dibawain obatnya.
Apa yang saya rasakan? Selesai vaksin saya langsung masuk ke
kantor. Kerja seperti biasanya (lebih sibuk malah). Hari itu saya memang lagi
stress banget, urusan pribadi. Banyak yang bilang habis vaksin Sinovac rasanya
ngantuk berat atau lapar. Nah, karena saya stress…efek ngantuk itu nggak ada
sama sekali. Yang ada sorenya saya sakit perut. Nggak tahu karena vaksin atau
karena stress itu ya.
Selama ini saya tidak ada gangguan lambung, kalaupun perut
perih ya dimakanin selesai. Ini tuh yang sampai harus minum obat magh. Selama 2
hari saya merasakan perut perih sedemikian rupa. Makan juga saya jaga banget. Tapi kalau stress nggak bisa lah diredam, gila apa. Stress ya tetep aja stress,
sampai pemicunya reda baru agak santai. Sampai hari ini alhamdulillah saya
sehat wal afiat.
Saran dari para tenaga kesehatan sih, habis vaksin itu
istirahat. Kalau yang demam, pastilah ya langsung tepar. Nah kalau yang bugar
kayak saya ini sebenarnya jangan sok kuat juga. Setidaknya sampai sehari setelah
vaksin.
Vaksin bukan Ilmu Kebal
Vaksin itu bukan buat kekebalan ya, tapi buat nguragin risiko keparahan. Misal harusnya kita terpapar lalu harus pasang oksigen, eh karena sudah vaksin jadinya kita terpapar tapi tanpa gejala. Mudahnya gitu sih. Ya semoga kita jangan sampai terpapar ya, karena meski tanpa gejala kan jadi berpotensi menjadi pembawa buat orang lain.
Semoga bermanfaat.
mantap mbaa, banyak yg salah kaprah tentang vaksinasi dan menganggap kalau sudah vaksin berarti otomatis kebal penyakit, padahal vaksin itu salah satu bentuk perlindungan diri aja, bukan berarti bikin kebal :D
ReplyDeleteawal awal rame vaksin, daerah tempat tinggal aku belum ada ajakan untuk vaksin, mungkin diprioritaskan ke nakes dan lansia juga
ReplyDeletesampe akhirnya daftar di rekanan kantor, itupun sudah masukkan data kurang lebih 2 bulanan dan baru ada info untuk vaksin bulan juni
mungkin karena padatnya jadwal rumah sakit juga, jadi agenda vaksin juga bergantian dengan instansi-instansi