Belajar sejarah lewat buku fiksi itu seru. Imajinasi bebas saja tanpa peduli mana yang benar terjadi mana yang dramatisasi. Sangat beda rasanya dengan saat belajar di pelajaran sekolah. Yang ada malahan beban merasa harus menhapal sekian nama, kejadian, bahkan angka. Membaca kumpulan cerpen dalam buku Teh dan Pengkhianat membuatku semakin rindu membaca karya sastra.
Identitas Buku
Judul: Teh dan Penghianat
Penulis: Iksaka Banu
Jumlah Halaman: 164
Sinopsis
Dari penulis karya sastra pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2014 kategori prosa Semua untuk Hindia, hadir kembali tiga belas cerita pendek berlatar kolonial. Dalam Teh dan Pengkhianat kita diajak bertamasya lagi ke masa silam: ketika awal mula sepeda dipakai kaum bumiputra di Hindia Belanda, sewaktu wabah cacar mengancam sementara sarana dan prasarana transportasi masih terbatas, saat globe masih merupakan produk pencerahan budi yang mewah, tatkala rekayasa foto tidak bisa kecuali dilakukan dengan cara manual yang merepotkan, dan seterusnya.
Iksaka Banu menampilkan sejarah sebagai pergulatan manusia berikut susah-senang maupun kekecewaan dan harapan yang meliputi. Kebebalan ataupun nalar tiap generasi.
Review
Aku kira akan habis dalam sekali baca saja, sebab ini termasuk buku bacaan tipis. Lagi pula, ini bukan cerita yang rumit. Teh dan pengkhianat adalah kumpulan 13 cepren. Sudut pandang yang diambil dari 13 cerpennnya adalah dari
sisi orang Belanda Totok maupun Mestizo dengan berbagai latar belakang. Pada
bagian awal buku ini ada kisah berjudul Kalabaka. Tulisan tersebut mengangkat
fakta sejarah terkait pembantaian orang-orang Banda Neira di Maluku (Banda)
yang dilakukan oleh tentara.
Beberapa cerita justru berkaitan dnegan kehidupan sekarang,
misalnya yang bertema fanatisme buta dengan cerpen berjudul Tegak Dunia. Kisah
ini menitikberatkan cerita pada hadirnya Globe tiruan bumi dalam membungkam
opini para pemuka agama saat itu yang meyakini bahwa bumi itu datar, karena
saking fanitiknya dengan agama.
Ada cerpen berjudul
Belenggu Emas yang bercerita tentang kekaguman wanita kulit putih kepada
sesosok wanita pribumi yang digadang-gadang sebagai pembaharu. Wanita tersebut
tak lain ialah Rohana Kudus, salah seorang pelopor emansipasi. Dia menerbitkan
surat kabar yang membawa serta harapan untuk kemajuan kaum perempuan, Soenting
Melajoe (SM).
Baca: Menjalani Kehidupan di Perkebunan Teh
Lalu teh dan pengkhianat yang dijadikan judul buku kumpulan
cerpen ini bagaimana? Dalam kisah tersebut kita akan melihat kontradiksi bahwa
yang berjuang melawan kemunafikan adalah buruh-buruh dari China.
Berikut ini adalah 13 judul cerpen di buku Teh dan Pengkhianat:
- Kalabaka
- Tegak dunia
- Teh dan pengkhianat
- Variola
- Sebutir peluru saja
- Lazarus tak ada di sini
- Kutukan lara ireng
- Di atas kereta angin
- Belenggu emas
- Nieke de flinder
- Tawanan
- Indonesia memanggil
- Semua sudah selesai
Rate
3 dari 5
Secara keseluruhan aku suka dan cukup menikmati kumpulan cerpen
Teh dan Pengkhianat. Mungkin perlu membaca karya penulis ini di judul yang
lain.
Post Comment
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung.
Komentar berisi LINK HIDUP akan DIHAPUS.
^^ @Innnayah