Untuk orang yang gaya hidupnya
sudah “stoic” seperti aku, buku ini terasa biasa saja. Namun jika kamu merasa
seorang ambisius, mudah tertrigger oleh sesuatu, merasa terpuruk saat kalah
dalam lomba, buku Filosofi teras yang merupakan Book of The Year di
Indonesia Internasional Book Fair 2019 ini cocok dan harus kamu baca.
Identitas Buku
Judul
: Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis : Henry Manampiring
Penerbit
: Penerbit Buku Kompas
Tahun
Terbit : 2019
Tempat Terbit
: Jakarta
ISBN : 978-602-412-518-9
Tebal : xxiv + 320 halaman
Harga
: Rp 98.000,00.
Sinopsis (Back cover)
Apakah kamu sering merasa
khawatir akan banyak hal? baperan? susah move-on? mudah tersinggung dan
marah-marah di social media maupun dunia nyata?
Lebih dari 2.000 tahun lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif. Stoisisme, atau Filosofi Teras, adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan. Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini.
Lebih dari 2.000 tahun lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif. Stoisisme, atau Filosofi Teras, adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan. Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini.
Review
Aku berangkat ke toko buku tanpa
tahu mau beli buku apa. Niatanku hanya menukarkan point kartu halo dengan
voucher gramedia. Aku melihat “Filosofi teras” di rak top 10 Best seller gramed
dengan warna mencolok kuning dan ilustrasi lucu. Oke, aku membaca sampul
belakangnya dan segera ke kasir.
Lama banget buku ini aku taruh di
mobil, aku bawa di tas saat bepergian, tapi tak pernah kubuka. Mood emang lagi
enggak enak, percuma juga baca buku malah engga masuk. Seminggu yang lalu aku
merasa ingin kembali baca buku ini dalam kondisi sudah lecek karena telah
menempuh ribuan kilometer kemana-mana.
Buku Filsafat Ringan
Yang tergambar saat kita membaca
buku filsafat itu ya pasti berat. Bahasa yang tak biasa, istilah baru, belum
lagi analisa dan lain sebagainya. Sepertinya penulis ingin merubah mind set
tersebut lewat buku ini.
Gaya bahasa yang digunakan ya
ala-ala baca tulisan di twitter. Filosofi teras tak seberat judulnya, coba baca
dulu satu bab. Kalau kamu nyaman ya terusin, kalau engga ya tutup buat dibaca
kapan-kapan atau kasihkan bukunya ke orang (atau jual). Heheh itu contoh gaya
hidup stoic banget tuh yang barusan.
Layout
Aku khusus membahas ini sebab di
banyak review bilang layoutnya kurang asik meski ilustrasinya ciamik. Duh bang,
plis lah font nya kok rapet banget gitu dan kecil-kecil ya. Bikin kurang nyaman
kalau baca buku cetak, mungkin kalau bacanya versi digital tinggal zoom aja
kan.
Jujur saja aku banyak skip akibat
kondisi layout tersebut. Untungnya tiap akhir bab ada poin-poin kesimpulannya,
jadi baca disitu saja hhehe.
Apa sih Stoisisme?
Teras adalah terjemahan untuk
stoic, ajaranya namanya stoisisme. Filosofi ini sudah ada sejak masa Yunani
Kuno sekitar 300 tahun sebelum Masehi atau 2.300 tahun yang lalu. Konon, dulu
ada seorang filsuf yang suka mengajar filosofinya di sebuah teras berpilar,
lalu Filosofi Teras digunakan penulis untuk memudahkan penyebutan “Stoisisme”
atau “Stoa”.
Stoisisme tidak dimaksudkan untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat eksternal, seperti sukses jodoh, disayang bos dan istri (istri sendiri, bukan istri si bos!), mendapatkan ide bisnis start-up yang gampang memperoleh investasi jutaan dolar, atau anak-anak yang jenius. Ini yang membedakannya dari banyak ajaran self-help popular masa kini.” (hlm 27)
Intinya Stoisisme itu gimana cara hidup selo, lempeng, anti baper,
nerimo, qonaah.
Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan datang dari hal-hal yang di
bawah kendali kita, dari dalam diri kita sendiri. Bagi filsuf stoa
menggantungkan kebahagiaan pada hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah
tidak rasional.
Konsep STAR
Ketika kita sedang dihadapkan dengan suatu masalah, sebiaknya kita
melakukan STAR (Stop, Think & Asses, Respond)
- Stop. Berhenti terlebih dahulu ketika kita
merasakan emosi negatif
- Think
and assess. Sesudah
dipikirkan sejenak lalu kita coba untuk berpikir rasional kemudian lanjut
ke assess atau penilaian. Coba nilai apakah kita sudah
memisahkan fakta objektif dari interpretasi sendiri?
- Respond. Sesudah memikirkan secara rasional dalam situasi tertentu, diharapkan ucapan dan tindakan respon ini adalah hasil penggunaan nalar yg sebaik baiknya.
Ternyata aku sudah Stoic
“Loh, memangnya Inayah bisa galau ya?”
Sering banget dengar kata-kata kayak gitu dari
jaman sekolah mungkin. Aku terlihat seperti orang yang selalu gembira, santai,
padahal ya sama saja seperti manusia kebanyakan.
Ya, aku baru sadar ternyata aku sudah stoic. Hidupku
lempeng, tapi bukan berarti engga punya ambisi. Maksudnya, ketika ada suatu hal
ya aku biasanya biasa saja. Bereaksi kalau memang perlu.
Makanya, engga ada hal yang baru dalam buku
Filosofi teras ini. Nilai-nilai yang dibahas memang sudah kujalani sejak aku
kecil mungkin.
Buku ini terlalu tebal, maksudnya...seharusnya
mungkin 150 halaman cukup deh. Banyak hal yang diulang-ulang jadi terkesan
bertele-tele aja gitu.
Rate
3 dari 5
Quotes Favorit
“Saat kita terus-menerus ingin menyenangkan orang lain, ingin memenuhi ekspektasi orang lain, mendapatkan approval orang lain, meraih sebanyak-banyaknya likes dan views, tanpa sadar kita diperbudak oleh pendapat orang lain. Dari pilihan baju, sepatu sekolah, pilihan karier, pilihan politik, pilihan calon suami/istri—jika semuanya dilakukan tidak dengan kebebasan, melainkan untuk menuruti pendapat orang lain, apa bedanya kita dengan budak?”
Sempat intip buku ini sekilas di toko buku. Secara layout dan jenis font rapat sekali. Nampak padat sekali bukunya haha, jadi masih belum tertarik baca. Apalagi pembaca buku ini kayak terbagi dalam dua kubu gitu. Suka vs gak suka.
ReplyDeletehehe iya font nya rapeet banget, langsung aja baca point rangkuman di akhir bab
Delete