“eh kok
nggak niat banget sih nulisnya, masa cuma 100 kata” itu yang terbersit ketika
aku melihat kembali postingan lama di blog ini, sekitar 2011. Saat ini jika
diminta menulis 1500 katapun sanggup, nggak diminta juga kadang gitu sih
sekalian panjang. So, jaman awal ngeblog itu bukan nggak niat tapi memang masih
bisanya segitu. Lalu apasih niat sebenarnya?
Niat dari kaidah Fiqih
Ketika kita
belajar ilmu fiqih, pasti deh bab pertamanya adalah soal niat. Hadits “innamal
a’malu binniyat” rasanya sudah di luar kepala. Semua perbuatan tergantung
niatnya. Maka jika puasa kok lupa niat, maka nggak sah. Gitu kan?
Ada lafal
yang harus kita ucapkan, ketika akan melakukan suatu perbuatan. Nggak harus
dengan bahasa arab tentunya. Yang pasti, dari kaidah Fiqih jelas mengatur soal
niat dan menjadi dasar sebelum ngapa-ngapain.
Niat dan kesungguhan
Dalam konteks
kebahasaan sehari-hari, niat diartikan sebagai kesungguhan. Nggak niat berarti
nggak sungguh-sungguh. Misalnya begini, aku berniat buat mengangkat meja kayu
seberat 40 kg. aku mau geser ke pojokan sana. Udah ada tuh motivasinya kan? Nah,
karena di tempat itu aku sendirian…aku nggak kuat angkat. Lalu aku pasrah, nah…itu
sering diartikan nggak niat. Punya tujuan, punya motivasi, tapi nggak beres. Dianggap
nggak sungguh-sungguh.
Dalam kehidupan
sehari-hari niat memang sering dikaitkan dengan kesungguhan. Jadi, lebih sempit
lagi disbanding pengertian niat dari pandangan fiqih. Motivasi ada, tapi upaya
kurang sehingga hasil tidak sesuai yang diharapkan. Ya…niat sering dipandang
dari sisi hasil.
Agak kurang
fair ya, sebab kadang kita sudah melakukan A, B, C, D tapi hasilnya nggak
sesuai harapan. Sedih kalau dibilang “nggak niat”. Bahkan kadang kita telah
menggeser prioritas demi melakukan hal tersebut. Tapi ya…belum berhasil. Tawakal,
menerima ketika kita telah berusaha. Sebuah sikap yang mulia dalam islam. Biar apa?
Biar nggak serakah, manusia punya batasan.
“ah,,,itu
alasan saja”. Kembali ke kasus menggeser meja. Faktor pengetahuan dan
pengalaman hidup berefek banget buat pengambilan keputusan. Misal ada si A dan
si B yang diberi tugas sama untuk menggeser meja 40 kg. si A niat, si B niat
juga. Si A punya 4 cara untuk menggeser meja. Si B punya 2 cara saja. Ternyata keduanya
belum berhasil menggeser meja. Tapi jika dipandang dalam konteks kehidupan sehari-hari,
dianggap si A lebih niat dari si B.
Melihat kesungguhan dari mana?
Berkaitan dengan
point sebelumnya, niatan itu bisa dilihat dari kesungguhan. Lalu bagaimana
melihat kesungguhan?
Jika seseorang
memprioritaskan hal tersebut, maka dia sudah termasuk sungguh-sungguh. Menurutku
loh ya. Dalam kasus menggeser meja, misalnya di saat yang sama seharusnya si A
pergi ke sebuah meeting. Tapi karena belum berhasil melakukan tugas, si A tetap
berusaha menggeser meja. Itu bisa dibilang niat. Meski ya belum bergeser juga
tuh ke pojokan mejanya.
Bentuk upaya
juga bisa dilihat untuk melihat kesungguhan. Misalnya nih, si B hanya punya 2
cara buat menggeser meja. Tapi caranya tuh ektrim banget. Dia pretelin meja
tersebut menjadi bagian-bagian kecil. Ya lama sih dibanding dengan mendorong
dikit-dikit, tapi namanya upaya kan bebas. Bisa dibilang si B niat banget.
Usaha tak membohongi hasil
Pasti kita
sering kan dengar kalimat bijak “usaha tak akan pernah membohongi hasil”. Artinya,
jika kita berusaha sebaik-baiknya maka hasilnya juga akan maksimal. Ada ribuan
cara memindahkan meja. Drai yang terprimitif hingga tercanggih. Tapi, karena
keterbatasan daya pikir dan pengalaman kadang nggak dilakuin semua. Pun dengan
kondisi lingkungan. Bisa saja si A dan si B panik sehingga nggak kepikiran cara
cerdas.
Niat di
awal sebagai motivasi, lalu diikuti dengan kesungguhan untuk mencapai target,
tapi jangan lupa juga usahanya. Dalam fisika, usaha dilambangkan dengan symbol W.
W sama dengan gaya F dikalikan jarak perpindahan S. Gaya dan usaha itu
berbanding lurus. Kita bisa menghasilkan gaya lebih besar jika usahanya juga
besar.
Niat dan keberhasilan
Mendapatkan
sesuatu yang kita upayakan, itu adalah tujuan dari semua hal yang kita niatkan
di dunia ini. Sepakat? Motivasi, kesungguhan, prioritas, dan fokus. 4 hal yang
diperlukan. Di atas aku belum nulisin soal fokus. Tapi ini penting ya. Meski aku
niat banget bangun tidur di senin pagi nulisin curhatan ini, tanpa fokus nggak
akan kelar deh 500 kata. Nulis di pagi hari memang minim distraksi notifikasi. Semoga
kalian paham membaca tulisanku.
Thanks mbak atas penjelasan NIAT dan ini sangat memotivasi diri saya.
ReplyDelete