Wisata budaya Solo
1. Ruwatan Sukerta
Kebetulan banget hari itu ada Ruwatan Sukerta. Jadi ada teman, blogger Solo namanya Halim. Dia nggak sengaja ngeliat aku saat lagi digiring ‘orang keraton’. Trus dia japri, yaudah karena lokasinya dekat sih langsung meluncur. Mengenai penyebab aku ‘digiring’ tadi, akan diceritakan di bawah ya.
Bagi masyarakat Jawa, ruwatan adalah hal yang sangat sakral.
Ada beberapa hal yang membuat seseorang perlu menjalani ruwatan atau buang sial. Misalnya saja anak yang lahir saat matahari terbit, anak satu-satunya, dan beberapa hal lain. Tujuan ruwatan adalah agar keberkahan mendatangi orang tersebut setelah sial dihilangkan.
Ruwatan Sukerta diadakan setahun sekali dan terbuka untuk umum. Peserta baik anak-anak hingga dewasa berpakaian serba putih berjalan menuju Sasana Mulya. Sebelum diadakan prosesi siraman, semua peserta melakukan doa bersama. Pertunjukan wayang kulit digelar di Sasana Mulya.
Lokasi: Sasana Mulya, Keraton Kasunanan Surakarta.
2. Museum Keraton Kasunanan Surakarta
Solo masih pagi, pun hujan mengguyur beberapa saat yang lalu. Tujuan pertamaku adalah bangunan paling iconic warna biru di tengah kota. Destinasi wajib bagi pelancong yang ke Solo adalah Museum Keraton Kasunanan Surakarta. Kebanyakan orang hanya menyebut sebagai keraton Solo. Bangunan yang memiliki halaman luas ini memang menarik. Bila ingin mengunjungi keraton ini, pengunjung haru smematuhi berbagai peraturan seperti tidak memakai topi, kacamata hitam, celana pendek, sandal, serta jaket.
Di dalam keraton kita kan diantar oleh pemandu. Ada banyak ruangan yang boleh dikunjungi, salah satunya adalah museum yang menyimpan barang-barang peninggalan keraton kasunanan Surakarta.
Di bagian belakang keraton ada menara yang konon tempat Susuhunan untuk bersemedi dan bertemu Nyai Rara Kidul. Yang pasti menara ini adalah tempat memeriksa kondisi dan pengawasan terhadap lokasi sekitar keraton.
Nah, soal cerita ‘digiring’ orang keraton. Ahaha jadi kami nggak paham kalau di keraton Surakarta itu nggak boleh nerbangin drone. Sama sekali nggak ada tulisan seperti di Bali. Lagipula keraton kan bukan tempat ibadah, pikirku aman-aman saja. Eh ternyata, dismaperin dong dan dibawa masuk lewat bagian smaping keraton. Ditanya-tanya dan diminta menghapus file. Aku sih nggak masalah.
Lokasi: kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.
3. Masjid Agung Keraton Surakarta
Masih satu kawasan, masjid ini memiliki warna yang sama dengan keraton yaitu biru muda. Masjid yang selesai dibangun pada 1768 ini mendukung segala keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten. Arsitekturnya gabungan arab dan Jawa. ornamen kayu cantik melingkupi hanpir semua bagian masjid.
Masuk ke masjid agung keraton Surakarta harus menaati peraturan seperti tidak boleh bercelana pendek dan memakai pakaian yang sopan.
Lokasi: Kauman, Ps. Kliwon, Kota Surakarta.
4. Kampung Batik Laweyan
Surakarta merupakan kota batik yang terkenal. Corak dan warnanya khas dengan kesan klasik. Surakarta memiliki kampung batik yang harus didatangi, yaitu kampung batik Laweyan. Laweyan menjadi salah satu pusat batik yang tertua dan terkenal di Kota Solo setelah Kampung Batik Kauman.
Tak jauh dari pusat kota, Kampung batik Laweyan menyajikan pemandangan yang menarik. Mau melihat lagsung proses membatik? Bisa. Sebab sebagian besar rumah batik atau gallery di sini sekaligus membatik karyanya di lokasi.
Kampung batik Laweyan sudah menjadi ikon batik Solo sejak abad ke-19 ketika asosiasi pedagang pertama kalinya dibentuk yaitu Sarikat Dagang Islam. Batik berkualitas tinggi dan Asli Solo tentunya akan menjadi buah tangan yang menarik.
Pulang dari Laweyan dengan rasa ringan. Yak,,ringan dalam arti sesungguhnya. Aku haus banget, kami mampir ke indomaret sekitar 5km dari Laweyan. Eh, baru nyadar dong kamera selensa-lensanya yang muahal itu ketinggalan di teras salah satu toko batik. Langsung geber ke lokasi. Untungnya masih ada. Hufft. Sama ibu-ibu yang mbatik malah diomongin “makanya mba lain kali kalau mau foto-foto di sini ijin dulu.” Solo ngeri banget ya, ahhaha.
Lokasi: Jl. Dr. Rajiman No.521, Laweyan, Kota Surakarta.
5. Taman Sriwedari
Malam mingguan nonton wayang legendaris di Taman Sriwedari. Sumpah, ini bukan scene film lho. Ini real. Ya meski aku nggak ngerti Bahasa di wayang orang tersebut, tapi aku sanget menikmatinya. Momen yang nggak akan kami lupakan.
Cerita lengkap tentang wayang Sriwedari aku tulis terpisah.
Baca: Nonton Wayang Orang Sriwedari
6. Puro Mangkunegaran
Puro dalam Bahasa Jawa berarti Istana. Saat ini Puro Mangkunegaran difungsikan sebgaai museum. Siapa saja boleh berkeliling, tapi harus diteman pemandu ya. Selain Keraton Kasunanan, Kota Solo juga memiliki istana yang indah dan megah yaitu Pura Mangkunegaran. Berbagai koleksi berharga yang ada di dalam istana dipercaya berasal dari Kerajaan Mataram dan Majapahit.
Ada guidenya kok waktu masuk jalan-jalan ke sini. Tenang saja, bisa tanya-tanya sampai puas.
Lokasi: Jl. Ronggowarsito, Keprabon, Banjarsari, Surkarta.
7. Pasar Gede Surakarta
Pasar tradisional selalu menarik untuk dikunjungi. Bahkan ada yang bilang jika kita ingin mengetahui kultur lokal suatu daerah maka datangilah pasar tradisionalnya. Pasar gede adalah pasarnya kota Solo. Tak hanya wisata belanja, di pasar gede kita bisa wisata sejarah sekaligus wisata kuliner.
Berbagai macam kerajinan khas Surakarta ada di sini. Tentunya harga di pasar lebih miring dong dibanding di pusat oleh-oleh? Aneka tas, pernak-pernik wayang, kain batik, awas kalap deh bagi kalian yang hobi belanja.
Tahu kuliner khas Solo yaitu dawet telasih? Lokasinya di tengah pasar gede ini. Saking ramainya pengunjung harus antre kalau mau menyantap langsung es dawet yang segar ini. Selain dawet telasih, di pasar gede juga banyak sekali kuliner tradisional yang mungkin di tempat lain sudah jarang ditemui.
Pasar Gede Solo sempat memperoleh penghargaan sebagai Pasar Tradisional Terbaik di Jawa Tengah pada 2011 lho. Sisi sejarahnya dimana? Pasar Gede merupakan pasar utama di Solo yang menjadi tempat jual-beli sejak era Belanda.
Lokasi : Kepatihan Wetan, Jebres, Kota Surakarta.
8. Loji Wetan Solo
Tak jauh dari Pasar Gede dan Benteng Vestenburg, ada wilayah yang cocok banget untuk hunting foto. Namanya kawasan Loji Wetan Solo. Bangunan kuno baik itu rumah tinggal, gedung, hingga gereja masih berdiri di sana. kondisi jalannya yang sepi seakan mebawa kita kembali ke masa Solo tempo dulu.
Akulturasi budaya empat kultur terjadi di Loji wetan. Jawa, Eropa, Arab, dan Tiongkok selama tiga abad hingga sekarang hidup damai di sini. Dulu, pemerintahan HIndia Belanda membagi wilayah berdasarkan etnis. Loji Wetan sebagai pemukiman bangsa Eropa, kawasan sekitar Pasar Gedhe untuk etnis Tionghoa dan kawasan Pasar Kliwon untuk orang-orang Arab serta pribumi.
Pembagian permukiman ini di samping untuk memperlihatkan strata sosial, juga untuk memudahkan Pemerintah Hindia Belanda memantau Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dalam mengatur masyarakatnya.
Lokasi: Kelurahan Kedunglumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.
9. Benteng Vestenburg
Bangunan persegi empat di dekat kantor balaikota Surakarta ini dulunya dibangun sebagai benteng pengawasan oleh Belanda. Di masa perjuangan, TNI bermarkas di sini. Setelah Indonesia merdeka, Benteng Vestenburg dipakai untuk pelatihan prajurit karisedenan Surakarta.
Benteng Vestenburg cukup adem dan nyaman untuk sekedar menikmati peninggalan masa lampau.
Lokasi: Kedung Lumbu, Pasar kliwon, Kota Surakarta.
Wisata Kuliner
1. Es Dawet Telasih Bu DermiPanas-panas hunting foto di Solo, mampir yuk ke Pasar Gede yang berada di tengah kota Solo. Tak susah untuk ditemui, diantara penjaja kelontong lapak dawet telasih bu Dermi memang mencolok. Selalu ramai dan berjubel pembeli baik makan di tempat maupun bungkus.
Ini merupakan sajian kuliner legendaris lho sebab sudah ada di Pasar Gede sejak 1930. Semangkuk es dawet ketan hitam, tape ketan, jenang sumsum, biji telasih, cairan gula dan santan dengan tambahan es batu akan menyegarkan tenggorokan setelah berkeliling Pasar Gede. Manisnya nggak bikin batuk atau eneg. Benar-benar pas deh. Tape ketan memberikan aroma wangi yang unik ketika berpadu dengan santan.
Untuk saat ini, es dawet telasih belum menerima pembayaran secara digital atau delivery dengan ojek daring.
Lokasi: Pasar Gede Hardjonagoro, Jl. Jend. Urip Sumoharjo, Sudiroprajan, Jebres, Kota Surakarta.
2. Lenjongan Pasar Gede
Lenjongan adalah uliner khas Jawa yang sudah jarang sekali ditemukan. Tahu lenjongan kan? Ini istilah untuk seporsi kue basah yang terdiri dari lupis, ketan hitam, cenil, kelepon, dan kadang ada getuk juga. Di pasar gede, tak jauh dari lapak dawet telasih bu Dermi kamu bisa menyantap lenjongan.
Harganya murah meriah, tak sampai 10 ribu sudah kenyang. Lenjongan di Pasar gede terkenal tanpa bahan pengawet dan pewarna sintetis. Jadi, jangan khawatir ya saat menyantap. Jangan lupa diabadikan lewat foto, sebab di tempat lain belum tentu ditemui.
Lokasi: Pasar Gede Hardjonagoro, Jl. Jend. Urip Sumoharjo, Sudiroprajan, Jebres, Kota Surakarta.
3. Sego Liwet Solo
Konon, sego liwet adalah sajian kuliner pribumi yang disukai bangsawan. Di sekitaran keraton Surakarta saat pagi hari kita bisa menemukan ibu-ibu penjual sego liwet khas Solo. Berbeda dengan nasi ayam Semarang, sego liwet Solo tak berkuah opor. Jadi, nasinya masih kering hanya basah oleh kuah areh kental.
Ada beraneka tambahan lauk seperti tahu bacem, tahu goreng, tempe goreng, kerupuk kulit, ceker ayam, dan kepala ayam.
Lokasi: Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah
4. Selat Solo Mbak Lies
Bagi yang belum pernah ke Solo, mungkin akan aneh mendengar kata selat. Selat merupakan makanan khas dan ‘endemik’ dari Solo. Konon, selat merupakan masakan hasil rombakan salad oleh pribumi Solo pada masa penjajahan Belanda. Selat bercita rasa manis, agak berbeda dengan salad.
Warung selat Solo yang paling terkenal adalah Selat Solo Mbak Lies. Kedai Selat Solo yang cukup melegenda di Solo ini sudah buka sejak tahun 1987. Kuah dari selat Solo dominan manis gurih asam. Isiannya terdiri dari kuah, daging dan lidah sapi, telur, kentang, buncis, wortel, kentang yang digoreng tipis. Untuk minuman ada banyak varian, kita bisa mencoba es temulawak yang segar.
Harga seporsi makanan di sini berkisar belasan hingga 20an ribu rupiah. Selain Selat Solo, Anda bisa pesan beragam menu lainnya juga, sup matahari, sup gelatin, tahu acar, hingga gado-gado.
Lokasi: Jalan Veteran, Gang II No. 42, Serengan, Kota Surakarta.
5. Pecel Ndeso Bu Nanik Pasar Gede
Kembali tentang kuliner Pasar gede. Memang ya, tempat ini sarang makanan enak dan langka. Selain lenjongan dan dawet telasih, cobain deh pecel ndeso bu nanik. Lapaknya di los tengah selalu ramai.
Pecel ndeso itu bedanya dnegan pecel biasa adalah kesederhanaanya. Pecel dengan kerupuk gendar dan beras merah siap menggoyang lidah kamu. Makin nikmat disantap sebab pecel dibungkus daun pisang. Jangan khawatir, harganya murah meriah lho nggak sampai belasan ribu dijamin kenyang.
Lokasi: Pasar Gede Hardjonagoro, Jl. Jend. Urip Sumoharjo, Sudiroprajan, Jebres, Kota Surakarta
6. Angkringan Solo
Usai nonton wayang kok laper lagi, mari merapat ke emperan sederhana pinggir jalan. HIK Solo atau Hidangan Istimewa Kampung Solo sudah ada hingga ke Jakarta. Lalu bagaimana sensasinya HIK di kota Solo beneran? HIK adalah nama lain untuk angkringan. Kuliner malam berbentuk gerobak yang menyajikan menu-menu sederhana seperti wedangan, gorengan, hingga sego kucing. Anda bisa memilih beragam lauk, mulai dari nasi dengan isian orek tempe, nasi liwet hingga aneka sate kulit, sate hati ayam, sate usus serta telur puyuh.
Lokasi: Jalan Slamet Riyadi, Surakarta
Destinasi yang kulewati banyak ya? he em. Aku kelelahan. Baiknya kalau weekend getaway itu yang santai-santai saja sih. Biar ketika senin tiba, badan sudah fresh untuk kembali ngantor (meski kadang ngga sempat mandi dulu).
Setuju kalau dibilang Solo adalah the heart of Java. Anyway beberapa waktu lalu aku akhirnya kembali lagi ke Solo. Tapi cuma tidur da nada acara setengah hari di Aston kemudian siangnya langsung ke Bandara. Kapan-kapan berkunjung lagi ya, menjelajahi sisi yang lain. Solo mudah dijangkau dari mana-mana. Moda transportasinya juga beragam. Selama di dalam kotapun termasuk ramah turis. So, kapan kamu weekend getaway Solo?
si Halim memang tour guide yang cocok banget saat bloger berkunjung ke Solo hehehe, aku pun punya pengalaman yang hampir mirip namun belum sempat kutuliskan di blog
ReplyDeleteyaaak bener banget. tulis dong ka
Deleteaku suka budaya dan sejarah
ReplyDeletesaatnya ke solo ya mba
DeleteSeru ya getawaynya, apalagi pas adegan 'digiring' :D
ReplyDeleteSalam kenal mbak :)
Aku pernah sampai Solo nyari nasi liwet malam nggak nemu2. Akhirnya dapat 1, kakilima, nggak enak, mahal pula. Pas perjalanan mau pulang meninggalkan SOlo, eh warung liwet berjejer-jejer sepanjang jalan yang tadi dilewati, tinggal pilih. Rupanya memang belum jam buka nasi liwet malam. Wkwkwkwk
ReplyDelete