Pada penghujung tahun 2011, aku mendapatkan kabar duka tentang meninggalnya seorang mahasiswi di kampusku. Saat itu aku sudah lulus, sedang masa OJT (On the job training) di tempat aku kerja sekarang. Sudah jamak di jaman digital, ketika ada orang meninggal maka pasti beredar status-status sosmednya. Almarhumah ini kebetulan suka nulis uneg-unegnya di blog. Karena penasaran, aku membaca tulisannya satu-persatu. Hingga pada satu titik, aku jadi mikir “kapan saja aku bisa mati, dan ketika peristiwa itu terjadi aku ingin orang melihat kebaikan dari jejakku.” Mungkin hidayah, hari itu juga aku membuat blog yang sekarang kamu baca ini.
Jejak Digital Kebaikan
Alasanku waktu itu sangat sederhana. Ingin punya jejak digital yang baik. Social media memang sudah aku jaga, tapi kalau punya blog rasanya kok kayak warisan gitulah. Blog lebih mewakili pribadi seseorang dibanding 140 katakter di twitter bukan?
Alasan ini juga yang membuat blogku adalah personal blog. Aku memakai kata ganti “aku” sebab dalam kehidupan sehari-hari juga menggunakan kata itu. Pun dengan hal-hal yang kutulis di blog ini, sebagian besar adalah pengalaman pribadi. Aku ingin mewariskan jejak digital kebaikan melalui blog.
Rumah Petak Pinggir Rel Kereta
Aku sering mendapat direct message tentang tool untuk ngeblog. Entah itu laptop yang dipakai apa, lokasi ngeblog dimana, atau kamera yang digunakan merek apa. Sudahlah, hilangkan pikirkan bahwa ngeblog itu harus di coffee shop biar banyak inspirasi. Atau laptop yang dipakai ngetik harus ada gambar apelnya.
Aku merintis blog ini dari rumah petak di pinggir rel kereta. Ya, hal yang belum tentu kalian tahu kan? Jangankan ke coffee shop, mau beli kopi sachetan saja satuan kok nggak berani serenceng sekalian.
Tulisanmu Akan Menemui Pembacanya, Jika…
Beberapa tulisanku di blog ini ternyata pada akhirnya menemukan pembacanya. Orang-orang yang mungkin sedang kepepet banget mendapatkan informasi suatu hal. Maka tak jarang dari mereka daripada komen di blog, langsung saja bertanya via email atau social mediaku.
Aku sendiri juga kadang gitu, perlu informasi suatu hal lalu browsing. Ketika mendapatkan hal yang kuinginkan, itu kudapat rasanya senang sekali dan lega. Nah,akum au blog akutu jadi seperti itu. Amal jariyah nggak harus berupa duit kan?
Tapi apakah dengan nulis saja si tulisan akan menemui pembacanya?Tentu saja tidak. Perlu optimasi agar tulisan ini tidak terhalang oleh berbagai tulisan sampah berjudul clickbait yang menyesatkan. Makanya aku dikit-dikit belajar SEO (search engine optimation).
Tulisan Viral
Blogger itu media, dia bisa menciptakan tren melalui tulisannya. Aku sendiri jarang nulis hal-hal yang lagi hot, padahal momen tersebut bisa menjadikan tulisan kita viral. Tapi, aku mengalami juga sih peristiwa viral itu saat nulis soal kampusku. Nggak niat biar rame, biar jadi tren. Kaget ketika pagi hari bangun tidur banyak mention di twitter dan facebook bahkan tulisanku dishare ulang pak rektor.
Baca: IPB Terus Maju
Dunia blogger kompetitif
Ngeblog sendirian seperti jaman tahun 2008 sata aku maish main multiply memang kurang asik. Yang ada nanti hiatus, males nulis lalu lupa password log in ahahhaa. Sejak menyatakan mau serius ngeblog, aku juga membuka diri dengan bergabung di beberapa komunitas blog. Mengenal banyak blogger berbagai macam genre. Setelah berkomunitas aku jadi tahu kalau dunia blogger itu kompetitif. Entah itu dalam hal ngejob, lomba, kadang dalam hal beropini di social media.
Tapi aku menanggapinya dengan positif. Aku termotivasi banget ketika blogwalking ke blog teman-teman. Wow si anu tulisannya bagus,si itu fotonya keren, ya something like that. Kalau lagi males nulis ngeblog, aku gerilya ke blog teman-teman ahaha biar semangat lagi.
Ngeblog biar dapat duit, biar traveling kemana-mana, biar dikenal, biar dapat produk gratis, ehhehe itu adalah motivasi lainnya. Yang kalau dijabarkan di tulisan ini rasanya bakal panjang banget. So, kalau kamu baru merintis blog rasanya tulisanku ini relevan. Begitupun buat kamu yang sudah ngblog lama tapi kurang motivasi nulis selain ketika ada lomba dan kerjasama dengan brand.
Pikirkan lagi bagaimana motivasimu tetap memelihara blog?
Tulisan ini memotivasi banget. Soalnya saya sedang di kondisi jarang update blog. Harus memacu lagi... Hehe
ReplyDeleteyay semangat ka
DeleteBisikin jeung siapa alumni yg ninggal itu? Blognya masi ada teuk
ReplyDeleteWah pernah ngekos yg di pinggir rel?jababeka jeung?
wah lupa aku NIt ehehe
Deletegue sampe sekarang masih kepengen sih diajak jalan dan dibiayai gara-gara tulisan di blog. whahahah. belom pernah soalnya. nulis suatu review barang aja baru satu, padahal blognya udah... ya gitu. emang harus banyak belajar lagi buat ngeblog. stay hungry, stay foolish. klo kata om steve jobs.
ReplyDeletesetuju sama poin yg pertama. senggaknya klo pun nanti sudah enggak ada didunia, ada hal yang bisa dibaca. dan semoga saja bisa bermanfaat buat orang lain, dan nambah amalan baik.
Gbaung challenge biar rame2
DeleteInspiratif kisahnya. Tapi sampai sekarang akupun tetap eman2 ngeblog di coffee shop. Ke coffee shop cuma buat meeting & event. Mending duit nongkrong ditabung utk sekolah anak. Hehehee
ReplyDeletenahh itu mba, ngopi di rumah ajah
DeleteWah, sama sekali gak kepikiran kesana. Blog untuk jejak. Aku nulis blog karena di titik balikku tahun 2015, nulis di blog bikin aku seneng. Gak tau kenapa. Sekarang perasaan seneng itu lagi ngilang entah kemana.
ReplyDeleteSEO. Kata yang sering aku temukan tapi sama sekali belum pernah terjamah. Hahaha. Oke, mulai belajar SEO deh.
sebenarnya kita tanpa sadar sudah sering melakukan SEO sederhana. misalnya dengan share ke socmed
Deletejadi ngeblog itu enaknya dimana aja ya mbak. dan pakai tool yang ada disekitarmu untuk mendapatkan inspirasi tulisan ngeblognya.
ReplyDeletebenar, senyaman kita aja dan jangan sampai memberatkan
DeleteMotivasi untuk ngeblog memang harus tulus ya. Rezeki nanti mengikuti aja (:
ReplyDeleteyup betul..inspiratif banget
ReplyDelete