Adzan subuh berbunyi dari smartphoneku, kulihat titik air hujan menempel di kaca apartemen. Rencana penting pagi ini membuatku nggak asik berhangat-hangat ria di kasur. Aku menolak pelukan mesra selimut Meriton world tower yang aromanya khas. Sydney sedang musim panas, tapi udaranya sedingin Jakarta kalau sedang musim hujan. Beranjak dari kamar, langsung kubangunkan teman-teman agar segera bersiap. Kami mau ke blue mountain yang ada di kawasan hutan suku aborigin sekitar 100km dari pusat kota Sydney. Hingga cerita ini ditulis, aku masih merasakan betapa bahagianya aku waktu itu. Momen yang barangkali takkan terulang.
Blue mountain itu gunung biru?
Jujur saja aku cuma ‘manut’ teman-teman dengan rencana ini. Sama sekali belum kebayang blue mountain itu apaan. Kalau selama di Indonesia, yang namanya ke gunung itu kan harus bawa tenda atau jaket gitu. Dan pastinya harus tracking entah berapa kilometer. Tapi jangan mikir ribet dulu deh. Meski jaraknya 100km dari Sydney yang mana itu kalau di Indonesia bisa berjam-jam melewatinya…tapi ke blue mountain mah keciiilll.
central station sydney |
Kota Sydney masih gelap saat aku dan teman-teman jalan kaki ke central station. Yak, selama masih dalam kota jalan kaki saja karena nyaman banget. Selama melewati pedestrian Sydney aku jadi terbayang blue mountain itu seperti apa dari cerita teman-teman yang sudah research. Ternyata blue mountain memang beneran gunung. Tapi memangnya biru? Nanti kita buktikan ya hahaa.
Kereta tingkat
Maaf norak, aku belum pernah naik kereta tingkat. Keretanya mirip kereta jarak jauh di Indonesia kok tapi tingkat. Lantai dasarnya agak ke bawah tanah gitu, jadi meski 2 lantai nggak setinggi bus tingkat. Kami naik kereta jurusan mount Victoria dan berencana turun di stasiun Katoomba. Dari central station, tarifnya hanya 2,5 dollar dengan opal card. Kalau dikurskan ke rupiah hanya sekitar 30ribu rupiah. Kok murah? Jadi, opal card itu semacam kartu untuk segala macam transportasi di Australia. Nah, kalau weekend ada diskon. Untuk semua alat transportasi bayarnya hanya sekali dan itupun 2,5 dollar pukul rata jauh dekat.
Pedesaan Australia
Kereta beranjak dari pusat kota masuk ke sub-urban. Awalnya sih masih biasa, hmm kayak masuk daerah Cikampek gitu lah wkkwk. Eh kok makin lama makin syahdu berasa lagi nonton film ya. Ini mimpi aku banget bisa melihat pedesaan dengan tatanan ala Eropa.
Bahkan nulis ini saja mataku berkaca-kaca.
Katoomba dari Sydney itu 100km dengan durasi perjalanan 2 jam. Selama itu pula mataku tak terpejam. Terlalu sayaang dong ya. Golden sunrise menyentuh ujung pepohonan di hutan, hangat. anyway, pepohonan di sini juga kayak di film-film ahahha. Nggak ada penampakan pohon ala Asia gitulah. Semakin menjauh dari Sydney, jalur kereta mulai menanjak dan kadang berkelok. Bayangkan saja naik kereta jalur selatan pas lewatin daerah Garut.
Baca: Panduan Membuat Visa Australia (termasuk biaya)
Baca: Panduan Membuat Visa Australia (termasuk biaya)
Membeku di Katoomba
Yak, akhirnya kereta merapat. Dengan pedenya kami serombongan orang-orang Indonesia ini keluar kereta. Dan…oh nooo…dingin banget. Makin shock ketika mau instastory dan melihat sticker temperature di angka 11 derajat celcius. Wow!! Matahari bersinar cerah tapi suhu sedingin itu. Biar segera dapat keringat, kami langsung bergegas keluar stasiun untuk menuju ke blue mountain. Lho belum sampai tho?
katoomba station dalam 11 derajat celcius |
Masuk ke Inggris masa lampau
Kesan pertama ketika keluar stasiun Katoomba adalah kembali ke masa lampau. Katoomba itu semacam Wonosobo buat para wisatawan ke Dieng, atau Malang buat yang mau ke Bromo. Halah kok contone jauh banget ya? biar gampang gitu bayanginya. Jadi semacam kota persinggahan dengan banyak toko cenderamata. Katoomba itu tatanan kotanya kayak tahun 80an banget. Terus nggak hiruk pikuk ya, senyap dan tenang.
hop on hop off |
Buat ke blue mountain aku perlu naik bus dari sini. Tenang, ndak perlu nyari terminal dan naik ojek. Langsung saja dari stasiun tinggal nyebrang. Ada haltenya di sana. Pilihan busnya ada bus hop on hop off maupun bus biasa sejenis transjakarta. Bus hop on hop off itu yang warna merah, tingkat, nggak bisa pakai opal card. Tentunya demi penghematan, aku pakai bus biasa dong ahhaha. Sepanjang perjalanan di bus, pemandanganya luwaar biasa. Sungguh ini bagaikan filem (sudah berapa kali aku bilang begini sih). Hutan, jalanan berkelok yang lengang, rumah mungil bergaya Eropa, wow.
Beneran biru
Bus berhenti di beberapa halte, dan karena tujuanku adalah blue mountain maka kami turun di echopoint. Echopoint itu lokasi tempat menikmati blue mountain. Berapa tiket masuknya? Nggak ada!! Serius lho. Tinggal menikmati saja semua fasilitasnya. Termasuk toilet yang ada air hangatnya itu juga gratis.
echo point blue mountain |
Tidak ada gunung warna biru layaknya gunung Slamet ya sodara-sodara. Blue mountain itu malah semacam dataran tinggi dengan pepohonan yang jika terkena cahaya matahari jadi kebiruan. Itu asal muasalnya. Langitnya kontras karena pas kami datang kondisinya cerah banget meski udaranya super dingin.
Di blue mountain echopoint ini ada semacam spot foto gitu, tapi elegan. Nggak kayak di Indonesia yang malah dikasih lopelope atau tulisan apalah. Ada track lari juga, track bersepeda, banyak deh. Kayaknya bisa seharian di sini mah asik.
Legenda Three sisters suku aborigin
Tersebutlah legenda yang ada di blue mountain tentanga sal muasal 3 bukit batu itu. Katanya nih jaman dulu ada 3 gadis aborigin bernama Meenhi, Wimlah, dan Gunnedoo. Mereka ini punya bapak penyihir. Nah suatu hari salah satu dari mereka menjatuhkan batu ke jurang dan membangunkan makhluk jahat yang akhirnya mengubah mereka menjadi batu.
itu lho three sisters |
Versi lain kisahnya lebih tragis. Konon ada 3 gadis suku aborigin yang dilarang menikah oleh karena aturan di sana. suatu ketika mereka jatuh cinta. Lalu mereka dikutuk jadi batu. Eh kok malah jadi mirip Malin kundang atau Sangkuriang ya?
tangga curam |
Apapun itu, keberadaan kisah-kisah legenda bikin tempat wisata jadi seru sih. Tapi jujur saja di lembah three sisters aku merasakan lelah yang teramat syaang. Teman-temanku pada selfie aku mah milih duduk di kursi di pojok bukit. Kayak ada yang menyerap energiku ahhaha. Yaiyalah, kan jalan kaki dari echopoint lalu menuruni tangga 90 derajat ke bukit ini ngabisin energi. Foto di bawah ini diperankan oleh model, travelblogger yang sudah keliling Asia, yurop, sendiriaan lho. Dia meja kerjanya cuma 10 langkah dari mejaku tapi kami jarang ketemu. Ini, blog nya nih...> https://heremyplayground.wordpress.com/ asli dia mah tipikal orang yang piknik tapi hampir nggak pernah instastory.
ini aja sih tujuan rangorang nurunin bukit terjal tadi |
Ada nasi goreng teri di hutan aborigin
Apakah aku orang pertama yang menjatuhkan DNA ikan teri di hutan suku aborigin ini? Demi menghemat uang saku, habis sholat subuh tadi aku masak bekal sekalian buat serombongan. Spesial lho, nasi goreng teri!!! Kurang krupuk saja yang kami subtitusi pakai kripik kentang. Hari menjelang siang, suhu udara masih belasan derajat celcius. Mari sarapan.
otentik Indonesia |
Nggak nemu air terjun katoomba
Berbekal peta wisata, serombongan anak-anak Indonesia ini menuju air terjun katoomba yang ngga jauh dari echo point. Halah di Indonesia juga banyak grujugan, ya tapi kami pengen tahu sih gimana air terjunnya bule. So, langkah demi langkah menapaki trek jalan kaki yang disediakan..dan badanku lemas lagi. Hutan ini beneran menyerap energiku nih kayaknya ahahha. Yang lain lanjut turun, aku balik ke naik ke jalan raya. Duduk di semacam tempat nunggu bis gitu tapi bergaya Inggris. Ya apasih yang nggak unik di sini. Kerasa kayak di filem-filem (lagi).
planking di jalan |
Tak lama kemudian, teman-temanku menampakan diri. Kata mereka air terjunnya nggak ada. Loh! Yaudah, demi menghangatkan badan serta bisa sexy kayak orang Australi aku memilih planking saja di tepi jalan.
Masih tengah hari di Blue mountain, tapi badan sudah capek banget. Mendingan balik deh ke kota. Dan ternyata pas banget pas sampai stasiun Katoomba, kereta ke Sydney station mau berangkat. Lariiiiiiiii!
Momen tak terlupakan
Seperti yang kubilang di awal, perjalanan ke blue mountain ini bisa jadi momen tak terlupakan di 2018. Untungnya aku bawa hape, apa pasal? Kemana-mana aku memang bawa kamera mirrorless, tapi pas ke blue mountain ini baterainya habis. Kemarinnya aku barusna jalan ke Bondi beach, the rock, dan kawasan sekitaran apartemen. Hunting foto kesana kemari. Malemnya nggak ngecas, berangkat subuh. Yaudah deh. Baru sampai kereta baterai merah. KENANGANNYA DI SIMPAN DI BLOG BIAR NGGAK LUPA YA....
Bintang tamunya cakep ya, buk 😁
ReplyDeleteiya dong travel blogger kelas kakap
DeletePemandangan di katoomba keren banget. Mantap mba
ReplyDeleteInsya Allah minggu depan mau transit sana nih
ReplyDeletewah mau ke blue mountain...seru
DeleteWah seru, aku orang desa mb tapi desanya beda ama pedasaan di Indonesia ya mb. Semoga keinginan upgrade smartphonenya terkabul biar jalan-jalannya makin seru.
ReplyDeleteiya berasa di Inggris halah ahaha
DeleteDuhhh pengen ke Blue Mountain tapi kudu siap capek ya. Ga lupa bawa bekel biar irit 😄. Perjalanan yang mengesankan 😍
ReplyDeleteiya doeng, aku masak tiap hari ahahha
DeleteHuhu, lihat foto-foto pemandangannya aja udah seneng bangeettt. apalagi bisa lihat langsung kayak mbak
ReplyDeletebangeeet, dan sangat menikmati
DeleteSuka euy sama pemandangannya di echopoint blue mountain hhee
ReplyDeletengakak so hard itu mba, iya klo di sini pegunungannya ada lope-lopenya
kalo di sana bersih hheee, apalagi freee, buhhh mantap sekali itu mbak hheee
Makasih buat sharingnya yah mbak Innnayah ^^
SAYA LANGSUNG OTEWE OSTRALI!
ReplyDeletePenasaran sama yang kereta tingkat, trus langsung lihat vlognya, aihhhh keren. Enak naik atas kalau mau sighseeing. Semoga aku bisa jalan jalan ke Sydney juga. Aamiin
ReplyDeleteDan aku malah gagal fokus sm si merah hop on hop off.. Semoga aku bisa menginjakan kaki di negeri kanguru ini ya sisy, pliss doain .
ReplyDeleteWuih.. asek udh nyampe Australi.. nice trip
ReplyDelete