Resensi Novel Aroma Karsa Dewi Lestari, kok B aja ya

May 05, 2018
Resensi aroma karsa dewi lestari

Biasanya aku nggak pernah skip tiap paragraf dalam karya-karya Dewi Lestari (Dee). Setebal apapun novelnya, ya diikuti perkata demi nggak kelewat jalan cerita dan emosinya. Tapi, untuk karya terakhir ini Aroma Karsa...aku skip hampir sepuluh halaman. Bukan nggak penting, hanya saja bagian tersebut terasa nggak perlu menurutku. Memangnya bagian mana sih yang aku skip? Ahahahha baca terus sampai bawah deh. Overall, Aroma Karsa adalah jenis novel yang ngga pernah aku sangka. Risetnya dalam banget pasti, sampai-sampai aku yang awam soal perparfumqn saja jadi tertarik mempelajari. Siang tadi aku mampir ke The Body shop yang kebetulan ada parfum baru. Ahaha dengan segala ke sok tahuan dari baca novel aroma karsa, aku mencoba sana sini dan akhirnya memilih yang sekiranya pas. 

Aroma Karsa Digital

Sudah beberapa waktu ini aku memang prefer baca buku digital. Jadi, pas tahu aroma karsa ada versi legal dogital di bookslife, aku beli yang ini. 
Ternyata kata Dee di akhir novel, versi digital lebih update isinya daripada yang cetak. Oke sip ngga salah beli.
Enaknya baca buku digital itu bisa sambil jalan, bisa sambil tiduran dalam gelap, ahahaha ngga khawatir dibilang kutubuku. Palingan ya kutu tablet. Ngga enaknya baca buku digital itu ngga bisa nyiumim aroma kertasnya.

Resensi Aroma Karsa


Aku mulai membaca Aroma karsa dengan antusias. Layaknya novel-novel Dee sebelumnya, selalu ada daya tarik kuat yang menahanku untuk nutup buku. Pengenya bacaaa terus sampe tamat. Tapi, entah mengapa aroma karsa mengendap lama. Aku baru tertarik membaca sampai akhir karena banyak teman yang meresensinya dan bilang bagus.

Agak kupaksakan sih sebenarnya, lembar demi lembar hingga sampai di part 10. Nah, mulai di bagian ini aku menemukan keasyikan. Petualangan di gunung lawu yang ternyata namanya wukir mahendra giri. Inilah Dee sesungguhnya, dengan imajinasinya yang kusuka.

Keasyikan menikmati jalan cerita Aroma karsa ternoda oleh bumbu asmara. Entah ya, aku jadi merasa bagian ini seperti FTV. Serius dee? Aku skip aja ya...mohon maaf. Ternyata tanpa aku membaca bagian itu, aku masih bisa mendapat esensi cerita tanpa kurang suatu apapun.

Bab terakhir, aku benar-benar sudah jengah. Ouww begini saja? Nggak ada hasrat dalam hati buat bilang “ayo dong mana sequelnya”. Cukup 1 saja aroma karsa. Ternyata Supernova tetap jadi idola buatku diantara semua karya Dewi Lestari.

Tak banyak dialog puitis di Aroma karsa. Justru teorical yang menurutku bagus banget. Harusnya semua penulis kayak Dee, risetnya lho keren. Dan aku jadi ngeras nggak sia-sia meluangkan waktu buat membaca (di bagian yang aku mau). 

Kata orang-orang habis baca novel Aroma karsa bakal pengen ke gunung lawu. Kok aku biasa saja ya? Setiap gunung sejatinya penuh misteri, dan aku percaya Lawu lebih dari yang lain. Adalah konyol kalau aku naik ke Lawu hanya demi melampiaskan ego menjumpa wong banaspati, buah manisrejo, atau masuk Dwarapala.



3 comments on "Resensi Novel Aroma Karsa Dewi Lestari, kok B aja ya"
  1. Ya ampuun sampe niat borong parfum TBS loh, xixi. Aq juga belum tergerak beli Aroma Karsa mb pdhal supernova dl setiap ada sekuel baru aku gercep beli�� coba habis ni baca deh

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  3. benci2 cinta itu kayaknya yg ftv ya nay
    aku suka buku ini tapi cukup jngan ada sekuelnya ntr merusak kesan akuh
    gak pengen ketemu wong banaspati wkwkkw. gue belum segila itu lol :P

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung.
Komentar berisi LINK HIDUP akan DIHAPUS.

^^ @Innnayah

Auto Post Signature

Auto Post  Signature