Sebelumnya tak terbayangkan
bagiku buat masakin soto ayam, bakwan, nasi putih, dan es cincau buat bule. Masaknya
di Sydney pula, bukan di Indonesia dimana segala bahan lengkap. Aku memang suka
masak, ini semacam kegiatan pelepas penat dan stress. Sebelum berangkat ke
Australia, aku sudah berencana bakal masak tiap hari. Bukan cuma biar hemat
sih, tapi soal rasa dan kehalalan kan bisa lebih terjamin. Yang nggak aku
sangka adalah bakal masak dalam skala besar buat perjamuan ke teman-teman dari Indonesia
dan dosen. Soto ayam menjadi pilihan menu utama dinner senja itu, bagaimana
ceritanya?
Persiapan bahan masakan dari Indonesia
Aku browsing tentang aturan
custom di Bandara Sydney sebelum packing ke Australia. Ternyata memang ketat,
khususnya terhadap bahan makanan. Rempah-rempah yang tidak ada mereknya, bumbu,
termasuk kerupuk dan keripik sebaiknya nggak usah dibawa. Biar aman,
persiapanku sangat minimalis. Indomie aman, hahaha. Aku yakin banget Sydney
sebagai kota multicultural nggak akan nyusahin aku nyari bahan masakan.
Meloloskan bumbu dapur di bandara Sydney
Kalau kamu terlanjur membawa
aneka macam bumbu curah dari Indonesia, siap-siap saja ya kalau diminta
membongkar koper. Pemeriksaanya memang benar-benar satu persatu nggak hanya
random gitu. Kalau mau aman sih bawa saja bumbu racik. Satu persatu koper
diendus anjing di bandara, Alhamdulillah nggak perlu lama sih karena ngga bawa
apa-apa.
Perhelatan Makan Malam
Kembali ke cerita soal makan
malam. Kami dari Indonesia memang sudah berniat mengundang pihak kampus untuk
makan malam di apartemen. Nah, nggak seru dong kalau hidangannya western gitu
semacam fish and chips atau pizza. Kami berinisiatif buat masak makanan khas
Indonesia.
Aku ditunjuk sebagai coordinator chef.
Jadi, tugasku adalah menentukan menu dan merumuskan bahan-bahannya. Termausk juga
membagi teman-teman sebagai PIC masing-masing menu. Hahaha sudah kayak di dapur
restoran saja sih.
Masakan yang akan kami sajikan
adalah bakwan sebagai appetizer, soto ayam dan pindang ikan sebagai menu utama
(nasi putih tentunya), dan es cincau buat hidangan penutup. Bagaimana apakah
ini cukup membuatmu tergoda?
Di sela-sela jam kuliah aku
membuat rumusan bahan belanjaan dan dimana musti dibeli. Jangan lupa alokasi
budget yang didapat dari iuran teman-teman. Aku dan Nisa bertanggung jawab
memasak soto ayam serta pindang. Mba Retno dan Laely membuat bakwan, mas widy
dan mba Nuni mempersiapkan es cincau. Pak Acep memastikan semua masakan rasanya
pas, hahaha. Mas yudi dan Fuad kebagian menata layout apartemen yang sudah
menawan itu menjadi sekelas restoran high class.
Belanja Bahan Masakan Khas Indonesia
Yang menjadi pertanyaan dari
banyak teman-teman di Indonesia adalah “di Ausy ada serai? Di Ausy ada beras? Di
Ausy ada ikan asin? Di Ausy ada cincau?” ahahha semua ada sodara-sodara. Bahkan
bahan-bahan masakan tersebut hadir dalam merek yang kita kenal. Santan kara,
agar-agar swallow, bumbu sambal terasi kokita, dan masih banyaaak lagi termasuk
kopi kapal api. Nggak hanya indomie yang melambai-lambai di rak Asian market. Tempat
andalanku belanja bumbu masakan khas Indonesia adalah di Asian market bawah
apartemen dan paddys market.
paddys market semacam pasar tradisional tapi rapih |
Beruntung aku tinggal di Meriton
suites world tower yang terletak di pusat bisnisnya Sydney. Kalau mau belanja
tinggal meluncur dari lanti 75 menggunakan lift berkecepatan super dan anti
goncangan ke lantai dasar. Berjalan sebentar dan tadaa…sebuah toko luas dengan
aneka bahan masakan khas Asia super lengkap. Harganya juga masih masuk akal
kok, meski pasti ada lah beda dengan di Indonesia.
Paddys market yang berlokasi di
market city lebih lengkap lagi isinya. Kalau ini beneran pasar. Nggak hanya
bumbu, daging ayam halal juga aku bisa dapetin di sini. Menariknya, kalau sudah
sore tuh banyak diskon. Buah, sayuran, bumbu, bisa 5 AUD saja lho. Segala macam
bumbu lengkap di sini, termasuk serai jahe lengkuas hahaha.
market city segala ada dari souvenir, sayur, hingga FO Branded |
Yang jualan daging ayam halal
malah orang Indonesia lho, so jangan khawatir nanya-nanya. Toko daging di
Sydney melampirkan sertifikat halal di tokonya kalau dagangan mereka emang
halal kok. So far sih aku belum nemu toko daging sapi halal.
Bihun berbagai macam merek juga
tersedia. Jadilah soto yang kubuat benar-benar ala soto ayamnya abang-abang di
Indonesia. Sempurna lah, membawa feel Indonesia. Kenapa aku memilih soto ayam
dibanding soto Pekalongan atau soto lainnya? Tentu karena ini yang paling aman
bagi lidah bule. Soto Pekalongan terlalu pekat, demikian juga soto betawi.
Dalam sekali jalan dari kampus ke
apartemen, semua bahan masakan untuk persiapan dinner terbeli. Tinggal eksekusinya
nih. Tantangan tersendiri untuk bahan pindang ikan. Nggak mungkin kan aku
mmebuat pindang Salmon hahaha. Akhirnya aku memilih ikan yang cukup terjangkau,
ikan mackerel.
Memasak hidangan khas Indonesia di Sydney
Malam sebelumnya kami sudah
merajang semua bumbu, kol, wortel, dan merebus ayam. Jadi, sepulang kuliah
sebelum dinner tinggal cemplung-cemplungin semua bahan sesuai resep yang telah
kubuat. Alhamdulillah teman-teman semuanya kooperatif dan menjalankan misi
sesuai jobdesk. Jam 19.00 waktu Sydney saat matahari musim panas beranjak ke horizon,
semua masakan telah terhidang termasuk soto ayam buatanku. Selantai bahkan nimbus
ke lift sepertinya mencium aneka aroma rempah dari dapur apartemen kami.
indah banget kan? |
Soto ayam yang kubuat sengaja
nggak terlalu asin. Tau sendiri kan bagaimana selera bule yang light gitu sama
makanan. Platting dan display sudah mantep, bahkan ada iringan musik gamelan
sunda. Aduh kok berasa di saung-saung ya.
Dinner dalam balutan senja
presentasi Soto ayam |
Tamu-tamu dari kampus datang. Nggak
langsung makan dong ya, kami games dulu ahahah. Dan biar makin berselera saat
makan, ada paparan singkat soal masakan yang kami sajikan.
Mereka terkesan dan nggak
menyangka bakal se woow ini dinnernya. Rasa dan penyajiannya katanya berkelas
restoran ahaha. Yang pasti para tamu lahap menyantap hidangan, tanda ucapan
mereka tak hanya pemanis belaka.
Pengalaman ini sangat
berarti bagiku, sepertinya bakal teringat terus dan diceritakan ke anak cucu.
mantab mbak. semoga bisa bermanfaat
ReplyDeleteamiinn, siyap dodolan soto ahahha
DeleteRasanya bangga ya kalau bisa menyiapkan kuliner Indonesia ke non-Indonesia. Tapi diriku kmrn smpt bingung cari pengganti daun pisang, susah carinya, hehehe
ReplyDeletekatanya si aussi itu soal pencantuman kehalalan daging malah ketat yaa?
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete