Biasanya aku berjalan sendirian, tapi tak benar-benar sendiri sih sebab pasti ada tas gembolan yang menemani. Setiap jengkal Jawa Tengah, inginnya aku jajaki sebab malu lah sama KTP. Jangan sampai aku lebih kenal daerah lain dibanding kampung halaman sendiri. Minimal, kalau kamu bukan warga Jateng mau nanya soal wisata ya aku bisa jawab tanpa harus googling. Jawa Tengah memang luas, tapi sedikit demi sedikit sudah kusaksikan pesonanya. Mana sajakah itu?
Cilacap dan Pulau Nusakambangan
Perjalanan ini diawali dari titik paling pojok barat dan selatan Jawa Tengah yaitu kabupaten Cilacap. Selama ini aku sering lupa kalau Cilacap adalah bagian dari Jawa Tengah, soalnya kalau di peta letaknya sudah mepet banget dengan Ciamis.
Semua acara mbolang yang sekarang jadi hobi itu ya berawal dari keberanianku ke Cilacap. Di sana ternyata sudah ada bandara, akses kereta api, dan tentunya jalur selatan yang tak kalah dengan pantura. Keberadaan kilang minyak dan pulau Nusakambangan membuat kabupaten ini tak bisa dianggap ndeso.
Tanggung kalau ke Cilacap hanya main ke benteng pendem, pantai teluk penyu, dan kotanya saja. Sekalian dong nyeberang ke pulau Nusakambangan yang menjadi tempat para narapidana kelas kakap negeri ini menjalani sisa hidup.
Inilah tas yang aku pakai saat menjelajah Cilacap dan Nusakambangan, sederhana banget dan nggak muat banyak. Aku nggak mau rempong sih, soalnya di dalam pulau Nusakambangan itu medannya hutan.
Gunung Prau, Dieng
Tak berselang lama setelah tripku ke Cilacap, giliran gunung prau di dataran tinggi Dieng yang menampakkan pesonanya. Perjalanan ini memberi kesan mendalam buatku, terutama soal arti sebuah nyawa dan sisa usia dalam hidup.
Karena judulnya naik gunung, nggak mungkin dong aku cuma bawa backpack mini. Tas ala-ala pendaki yang kutenteng naik dan turun bukit di sana. Isinya nggak hanya pakaian ganti kok, perbekalan selama di gunung juga ada.
Meski terlihat gede banget, tapi tas ini ergonomis dan ngga bikin pegal punggung. Kalau sesak nafas sih pastinya, jalanan nanjak seperti itu bawa diri saja berat. Ketika dalam pendakian, hujan turun dengan derasnya. Untung saja ada pelindung hujan untuk tas, kalau engga bisa basah semua perbekalan.
Telaga Sidringo, Batang
Beranjak dari perjalanan tak terlupakan di Dieng, aku melanjutkan misi keliling Jawa Tengah dengan menyambangi telaga Sidringo di kabupaten Batang. Sebenarnya telaga ini lokasinya sudah sangat dekat dengan dataran tinggi Dieng. Kondisi alam dan masyarakatnya juga mirip banget dengan Wonosobo dan Banjarnegara.
Aku ngga camping saat ke Sidringo, jadi ya bawa tas punggung biasa saja sekedar kamera dan botol air masuk di dalamnya. Tas ini sebenarnya sudah ikut kemana-mana, termasuk saat aku ke Palembang. Lumayan handal dan nggak bikin pegel meski bawaan full.
Semarang
Namanya juga menjelajah Jawa Tengah, masa sih melupakan ibukotanya yaitu Semarang. Jujur saja, selama ini Semarang bagiku hanya tempat lewat atau tempat ikutan lomba jaman sekolah. Nggak pernah yang niat piknikan dan mbolang disana. Mbolang kali ini nggak masuk-masuk hutan, jadi kalau misal mau bawa koper sih bisa saja sekalian biar nampung oleh-oleh.
Ternyata aku cocok sama Semarang, susah move on juga tuh dengan nasi liwet Simpang Lima. Bela-belain rental motor buat exploring kota Atlas dengan leluasa, tas punggung berbahan denim itu yang kupakai. Tas ini adalah tas traveling tertua yang kupunya. Sudah sejak jaman kuliah dan melakukan trip pertama ke Jatiluhur dan Jogja. Lumayan awet sih, kalau mau beli tas dan koper di sini ya.
Petungkriyono, Pekalongan
Yeah, jika Jawa Tengah adalah kampung halaman maka Pekalongan adalah rumah buatku. Kabupaten di Pantura ini sedang tumbuh dewasa dan rajin bersolek, buktinya pemerintah dan masyarakat gencar banget promoin aneka macam spot wisata.
Sudah sering aku cerita di blog maupun sosial media tentang Petungkriyono, semoga kamu nggak bosan ya. Pesona alamnya meneduhkan hati dan pikiranku yang selama ini terlalu banyak mengendus hiruk pikuk kota.
Masuk hutan Petungkriyono tidak disarankan membawa koper, mending tas punggung saja sepertiku ini. Bolak-balik main ke sana, kalau nggak bawa tas punggung ya tote bag canvas ini yang menopang bawaan.
Mana yang belum di Jelajah?
Daerah di Jawa Tengah selanjutnya yang ingin kujelajahi adalah Solo, Kudus, dan Karimun Jawa. aku pernah ke Solo, tapi sekedar lewat saja. Padahal Solo sudah tersohor sejak dulu sebagai acuan budaya Jawa Tengah.
Kudus dan Karimun Jawa? hem...belum ada alasan kuat sih, selain aku yang sama sekali belum pernah menapakkan kaki di daerah Timur laut Jawa Tengah tersebut. Pasti ada tas yang akan kubawa, tapi masa tas saja sih…apakah kamu mau menemani?
Hayuuk mampir ke Kudus, mba. Banyak juga pilihan kuliner yang menggugah selera :)
ReplyDeleteTahu ga mbk RM sari rasa kudus garang asemnya enake pol
Deletesegera mba...
DeleteDuh jd pigin ky mbk inayah
ReplyDeleteayoo
DeleteSini nay daerah jateng bagian bumen ayooooooo
ReplyDeleteiya nih NIt, belum explore bumen, cuma lewat
DeleteHuaauu itu yang di Rumah pohon bikin adrenalin naek turun, next time moga ketemu lagi ya mbak
ReplyDeleteSalam #DuniaFaisol
iya Faisol, moga kita ketemu lagi
Deletesaya penasaran dengan tasnya mbak meski penuh isinya tidak membuat pegal
ReplyDeletemilihnya yang ergonomis, bagian punggung empuk
DeleteNaay...klo mbolang lg ajak-ajak dooong..hehe...
ReplyDeleteayook
DeleteCatet referensinya... masih sisa 3 bulan sebelum kembali ke Jakarta...
ReplyDeletewah bentar banget di jatengnya
DeleteInnaayy, jangan lupa ke Purworejo. Yuk kapan-kapan explore Purworejo bareng aku.
ReplyDeletekeren banget
ReplyDeletetante Inayah sudah pernah ke pulau nusa kambangan!!!
Dulu saya termasuk selalu bawa koper kemanapun. Sejak menikah aja, kalau traveling selalu bawa ransel :)
ReplyDelete