Sudah berapa batang pohon yang
pernah kamu tanam sepanjang hidup? Pohon cabe dan pohon tauge tidak termasuk
dalam hitungan ya. Baru kali ini saya mendatangi spot wisata yang ngehits
dengan membawa misi yang sangat indah. Tuhan maha baik, mimpi saya melihat
langsung gunung Bromo diwujudkan dengan menakjubkan. Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru (TNBTS) telah menjadi saksi langkah awal untuk menanam pohon
lebih banyak di muka bumi. Saya telah menanam sebatang pohon waru di bukit
cinta, Wonokitri kabupaten Pasuruan. Semoga bisa berlanjut untuk pohon-pohon
selanjutnya di jengkal bumi yang lain.
Bromo Ada di Dreamboard
Sejak lama saya sudah menerapkan
konsep menulis dreamboard. Tidak hanya ditulis lalu dilupakan, target-target
kehidupan itu saya pasang di dinding kamar agar terbaca setiap waktu. Salah
satu yang tertulis di dreamboard adalah ‘Bromo’. Mengapa Bromo? Saya bukan
pendaki kok, tapi rasanya ini tempat wajib
kunjung khususnya kalau kamu tinggal di Indonesia.
2015 adalah tahun dimana saya
seharusnya melihat langsung Bromo. Ternyata hingga 2016, belum terwujud juga.
Malah, di tahun tersebut sunrise di gunung Prau Dienglah yang saya saksikan
meski ini tidak ada dalam dreamboard.
“it’s OK Tuhan, jika Engkau mengganti Bromo dengan Prau pun saya ikhlas”.
Gunung Prau dengan segala
perjuangan untuk menaikinya saat menerjang badai petir mengajarkan saya banyak
hal. Belum lagi keindahan yang terbentang di pagi harinya yang syahdu itu.
Ternyata, di bulan yang sama
setahun berikutnya...kesempatan melihat Bromo itu datang. Berawal dari lomba
blog yang diadakan Aqua, saya berhasil memenangkannya. Rencana awal lomba yang
bertema pengelolaan air limbah rumah tangga tersebut berhadiah trip ke Klaten.
Eh kok pas pengumuman malah ke Bromo, ya saya justru bahagia berlipat-lipat
dong.
Menembus Kabut Menuju Wonokitri
Jika biasanya orang-orang
berjejalan ke Bromo jelang sunrise saat weekend, saya dan rombongan blogger dan
team CSR AQUA kesana pada jumat sore. Sepanjang jalan dari pabrik AQUA keboncandi
terasa lengang. Makin ke atas, kondisi jalan makin mengular dengan bentuk berkelok-kelok
serta menanjak. Mata saya tak dapat terpejam, kabut di depan mata terlalu indah
untuk dilewatkan. Kesannya magis, tapi ada ketenangan tersembunyi.
Hampir 2 jam perjalanan,
sampailah kami di Wonokitri yang merupakan gerbang masuk ke area penanjakan Bromo.
Perkampungan di sana mengingatkan saya dengan Dieng. Yang berbeda, di sini
banyak banget jeep yang siap membawa wisatawan ke area Penanjakan.
Melihat Bromo Dari Bukit Cinta
Gunung Bromo dan gunung batok
sore itu malu-malu.
‘hey, kamu...ayo buka selimut kabutnya, saya datang nih’
Di tangan saya sudah ada sebatang
pohon waru yang masih tertanam di polybag. Diameter batangnya tak sampai 1cm.
Kata orang, pohon waru adalah pohon cinta karena daunnya berbentuk hati.
Selama ini saya tahunya kalau mau
lihat sunrise ya harus lewat penanjakan 1 atau penanjakan 2. Eh ternyata dari
bukit cinta ini Bromo dan jajaran gunung di dekatnya juga nampak cantik banget.
Sekali waktu kabut menutupi seluruh pandangan lalu kemudian cerah kembali.
Semakin magis dan eksotis saja pemandangan di depan mata.
Bromo sore itu dinikmati sambil menyantap
kentang Tengger yang legit mirip ubi mentega. Kawan kentangnya adalah bakwan
petis yang empuk. Semua makanan yang terhidang ini spesial karena dibuat dengan
bahan organik oleh pak Karyadi, pecinta alam sekaligus petani binaan CSR AQUA.
Rasanya dulu saya suka menanam
cabai, singkong, tomat, tapi kalau pohon besar yang berkayu? Belum pernah deh.
Padahal, sepanjang hayat minimal setiap orang harus menanam 25 batang pohon
agar bumi tetap lestari.
Bukit cinta di kawasan TNBTS ini
merupakan kawasan wilayah konservasi AQUA pabrik Keboncandi. Luasnya 17 Ha
kalau yang di kawasan ini. masih ada lagi lho, 7 Ha yang dikelola bersama
Perhutani.
Kalau pohon sudah ditaman, apakah
didiamkan begitu saja? Tidak dong ya. setiap pohon yang ditanam akan dimasukkan
dalam database pohon secara online dengan geo tagging untuk mempermudah
monitoring pertumbuhannya.
Tanamlah 25 pohon sebelum dirimu ditanam – Rony Rusdiansyah
Iya, pak Rony dari AQUA bilang
seperti itu. Semua orang harus tahu, khususnya untuk kamu yang sekarang sedang
membaca tulisan ini.
Nggak asik dong kalau anak cucu
kita nanti sudah tidak bisa menikmati bukit cinta sebab bukit tersebut telah
raib terkena erosi. Alam ini bukan punya kita, ini titipan dari generasi
selanjutnya. Ayolah kita buat aksi nyata, nggak mahal kok bibit pohon yang
dijual di tukang tanaman. Sudah siap menanam pohon?
pak suami udah touring motor ke bromo, liat tulisanmu jadi kepingin ... btw selamat yaaa menang lomba blog aqua, ditunggu postingan selanjutnya
ReplyDeleteiyah, masih banayk cerita lain
DeleteBromo,,g ada bosennya. Udah 2 kali tetep aja ngangenin. Aqua bisa banget milih tempat2nya... gak nyesel ikut rombongan.
ReplyDeleteyey, apalgi buatku nih yg pertama kali ke sana. sungguh terkesan
Deletesebenarnya saya belum pernah nanam pohon sebelumnya, tapi setelah membaca artikel ini jadi pengen nyoba gitu. Di tunggu postingan selanjutnya.
ReplyDeleteyookk menanam pohon
DeleteMantaabs mbak luar biasa dan terima kasih
ReplyDeleteterima kasih ya pak atas pengalaman seru 2 hari iniiii
DeleteTuhan memang Maha Baik ya mbak, rencana belum terealisasi ke Bromo di ganti ke Dieng dan akhirnya terwujud lewat hadiah dari lomba blog yg mbak in ikuti. Masyaallah :)
ReplyDeletewah kalau tiap orang kudu nanem 25 pohon, kayaknya saya termasuk orang yg sangat berdosa. belum pernah nanem pohon jenis kayu-kayuan soalnya hehe
ayok kita mulai, belum terlambat
Deletesuka banged gaya nulis travelnya,, saya barusan jalan2 kemarin ke Lombok tapi bingung nulisnya hahahaha foto2 nya juga kayak kurang pas. cari2 referensi menulis traveling ketemu blog ini, salam kenal ya:)
ReplyDeletewaah makasih banget lho
DeleteSaya juga pernah nanem pohon, tapi kebalikannya mbak inay, saya nanemnya di Gunung Prau, ahahaha
ReplyDeletewiih seru juga pastinya ya
DeleteSaya jadi kangen Bromo. Pengen ke sana lagi. :)
ReplyDeletemari mari...sebelum puasa
Deletewow , menakjubkan , alamnya eksotis banget
ReplyDeleteapalagi ada kabut-kabut gitu ya
DeleteMbak, aku belum pernah nanam pohon haha.. Paling nanam pohon cabe, itu jg dah layu tak berbekas, padahal nanam pohon bikin adem ya.. Kdg bingung mau nanam dimana haha..
ReplyDeletekalau ga punya lahan, bisa di taman nasinal kayak gini. sering kok ada acara tanam2 pohon.
Deletefoggingnya keliatan banget yakk, eh tapi aku kok kesel ya, kamu ke jatim tapi kita gak ketemu, tapi maybe next time yaaaa sess
ReplyDeleteamiin semoga bisa ketemu entah di belahan bumi mana ya ssis
DeleteDibikin video youtube juga, mantab mbak
ReplyDeletebiar makin mempesona hehehe
DeleteAaah kereeeen! Semoga makin banyak yang berikan bukti cinta nyata untuk bumi kita tercinta yaa. Jadi kangen Bromo!
ReplyDeleteamiin, lestarilah bumi kita
Deletewaaah udah sampe k bromo aja.. saya blm. hikss
ReplyDeletesemoga segera dipertemukan ya
Deleteaku ke Bromo udah lama banget tahun 2009, zaman itu belum ada medsos rame seperti sekarang, gak bisa pasang foto deh *eh
ReplyDeleteyuuuk kesana lagi
Deleteulasanya mendetail mbak, mantab bisa menjadi masukan buat pelaku pariwisata juga nih
ReplyDeleteakhirnya sampai juga di bromo ya nay :D
ReplyDeletealhamdulillah, target tercapai
Delete