Watu Bahan Doro Pekalongan tidak
masuk dalam daftar tempat yang ingin saya kunjungi saat longweekend kemarin.
Rencananya hanya menghadiri kelas Akademi Berbagi dan World Wide Instameet di
kota Pekalongan. Senin pagi, langit terlalu cerah untuk diam di rumah. Sayapun
melontarkan ajakan ke grup whatsap Blogger Pekalongan untuk mengeksplor situs
watu bahan. Ini adalah tempat wisata yang belum lama dibuka oleh Pemda dan
masih dalam tahap penilitian tim arkeolog. Meski keberadaan watu bahan sudah
diketahui sejak lama, baru di akhir 2016 lokasinya dibuka sebagai wisata
petualangan.
Stonehenge Jawa Tengah
Kamu tahu stonehenge yang di Inggris? kurang lebih bayangan saya pertama kali ketika googling
seputar watu bahan adalah seperti itu. Batu berukuran besar dan seperti sudah
dipahat rapi bertebaran membentuk struktur tertentu. Ternyata pas lihat
langsung nggak seperti stonehenge sih. Batu-batunya tidak berdiri membentuk lingkaran, tetapi ada yang berada
di lantai hutan begitu saja. Tumpukan batu menggunduk membentuk bukit dengan
tatanan yang seakan-akan sudah diatur.
Pemahat Masa Lampau? Ya nggak lah
Pertanyaan saya pertama kali saat
melihat langsung batu sebesar dan sebanyak itu terpahat rapi adalah:
“siapa yang mahat? Pakai apa? untuk apa?”
Semua batu-batu di sini seakan
sudah terpahat dengan pola tertentu. Ada keseragaman dalam bentuk dan ukuran.
Nggak main-main, panjang satu batu bisa puluhan meter. INI TERBENTUK DARI PROSES VULKANIS YAAA..
Pondasi Bangunan Megah Yang Belum
Selesai Kata Warga
Setelah melewati tumpukan batu
yang menakjubkan, mata saya semakin dibuat terbelalak dengan yang terhampar di
depan. Rasanya seperti masuk ke alam mimpi atau ke film science fiction. Batu
pahatan seperti yang ada di tumpukan tadi, berada dalam posisi berdiri membentuk
dinding yang kokoh. Hampir tak ada celah di dinding itu, ini membuktikan
pahatan batu benar-benar simetris dan terukur.
Keberadaan Curug Menhir
Air tanah merembes melewati
dinding batu tersebut dan membentuk air terjun kecil. Curug menhir adalah
sebutan warga setempat untuk air terjun itu. Menhir dalam pelajaran sejarah
adalah sebutan untuk tugu batu tunggal yang berfungsi sebagai sesembahan. Saya
rasa ini bukan menhir deh, wong banyak batu didempet-dempetin gitu kok.
Biar makin jelas ngamatinnya,
saya berdiri di atas gardu pandang atau yang anak kekinian bilang pohon selfie.
Dari gardu pandang ini saya bisa melihat dasar sekaligus bagian atas dari
tumpukan watu bahan yang membentuk curug menhir.
Penemuan Candi Di sekitar Watu Bahan
Kemarin itu saya fokus ke watu
bahan saja, padahal menurut informasi... di
desa yang sama dengan tempat ini ada struktur candi yang ditemukan. Oiya, watu
bahan juga ada lho di kecamatan sebelah Doro yaitu kecamatan Lebakbarang.
Wilayah kabupaten Pekalongan
memang punya banyak situs candi hindu yang tersebar di beberapa kecamatan
khususnya daerah selatan. Pekalongan bagian selatan merupakan lereng gunung
Rojogembangan bagian dari dataran tinggi dieng. Pusat keramaian jaman dulu ya
di wilayah ini, bukan di pantura seperti sekarang.
Legenda Warga Lokal
Warga setempat sudah sejak lama
mengetahui tempat ini kok. Tapi ya sekedar menganggap ini peninggalan masa
lalu. Legenda yang diceritakan turun temurunnya sih, watu bahan adalah material
pembangunan dari jaman antah berantah.
Belum ada Informasi
Imajinasi memang berperan dominan
saat saya menjelajah watu bahan adventure. Tidak ada informasi atau pemandu
sama sekali. Mungkin karena masih sangat baru ya, padahal situs seperti ini
seharusnya memiliki rujukan yang jelas.
Ini tempat wisata sejarah
Kalau kamu suka piknik ke tempat
wisata yang kaya interaksi, mungkin bakal bosan ke watu bahan. Kamu nggak bisa
mandi-mandi, palingan juga merasakan kesejukan air terjunnya. Watu bahan
merupakan tempat wisata sejarah, isinya ya belajar dan berimajinasi
membayangkan orang cerdas jaman dulu bikin ini semua. Kalau mau main air bisa
ke Petungkriyono, yang masih di wilayah kabupaten Pekalongan juga.
Cara Menuju Watu Bahan Pekalongan
Situs watu bahan terletak di desa
Lemahabang, kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa tengah. Dari arah kota
Pekalongan, mengarahlah ke selatan lewat kedungwuni atau kajen. Tujuan kamu
adalah kecamatan Doro, paling gampang sih patokannya pasar tradisonal Doro. Kalau
sudah sampai pasar, mengarahlah ke barat (pake kompas atau nanya orang wkkwk).
Kalau kamu ketemu jembatan panjang dekat pasar, itu berarti sudah benar ya.
100m setelah jembatan, belok kiri lewat depan sekolah dasar. Sudah tuh, bablas
saja terus ke selatan sekitar 5km.
Sesampainya di desa Lemahabang,
kita masih harus terus ke selatan sampai ketemu hutan. Nanti di sana ada papan
petunjuk lokasi wisata watu bahan. Yuk,,,siapkan tenaga dan kendaraan buat
nanjak 2km lewat jalan berbatu.
Saya sih ngga berani bawa motor
sendiri, mendingan jalan kaki deh. Asik banget pemandangannya...kiri kanan
hutan dengan deretan pohon pinus serta kopi. Suara binatang khas hutan,
gemercik air, bahkan kalau beruntung bisa melihat langsung monyet liar.
Nggak ada kendaraan umum sampai
lokasi, paling mentok di pasar doro saja. Kalau nggak bawa kendaraan pribadi,
mendingan ojek ke warga setempat.
Fasilitas di situs watu bahan
Meski baru banget dibuka untuk
umum, sudah ada loket dan parkiran yang memadai. Bahkan parkirannya menakjubkan
banget karena luas, lapang, uadeemmm. Selain ada penjual makanan, musola dan toilet juga tersedia di sini. Rumah pohon, kincir air, sungai dengan jembatan bambu, serta musik dangdut siap menyambutmu.
Tips Wisata Watu Bahan
Berikut ini adalah hal yang perlu
diperhatikan jika kamu pengen ke situs watu bahan juga.
- Sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi atau carteran, sebab tidak ada kendaraan umum ke sana.
- Motor dan kendaraan bak terbuka lebih baik dibanding dengan minibus. Oiya, motor matic kuat kok sampai lokasi.
- Pakailah kaos dan sepatu yang nyaman, soalnya naik ke bukitnya itu hiking banget. Nanjak terus, lewat tangga batu.
- Jas hujan dan payung kudu dibawa ya. Lokasi watu bahan masuk wilayah pegunungan, jadi habis dzuhur sudah mendung.
Nggak semua orang berminat dengan
jenis wisata sejarah. Itulah tantangan untuk situs watu bahan ini. Lokasinya
yang cocok untuk berpetualang bisa dikembangkan bersama.
seru banget ya mba.. bisa jelajah hutan, perlu persiapan terutama kesehatan kalo ke sana ya, itu sama seperti situs di bengkulu yang berupa gundukan batu namun batunya seperti sudah terjamah karena ada beberapa bagian yang tidak mungkin terbentuk secara alami.
ReplyDeletewah di Bengkulu juga ada tho, menarik ya
DeleteIihhh aku malah suka bgt wisata sejarah gini.. ^o^
ReplyDeleteMuseum, situs2 purbakala, ama tempat2 yg msh blm kejawab apa, kenapa dan gimana kyk watu bahan ini selalu menarik didatangin.. Kdg kalo dtg k tmpat gini aku tuh ngayal mba, cobaa kalo bisa balik k jaman dulu yaa. Pgn tau seperti apa kehidupan dulu itu, orang2nya, teknologinya sampe bisa tercipta batu2 begitu
sama...jadi berimajinasi banget
Deletebikin penasaran ya... senang bermain ke tempat sejarah macam ini...membuat imajinasi mengembara ...tsaah
ReplyDeletehihi iya, asal ngga sendirian aja. serem
DeleteJaman aku tinggal di Pekalongan dulu kayaknya Pekalongan itu nggak ada apa2nya. Ternyata yg dibutuhkan cuma eksplor. Makasih ya kamu & teman2 Pkl sudah eksplor & yg lebih penting lagi menuliskannya sehingga orang2 tau.
ReplyDeletejaman dulu wisata palingan pantai ngeboom sama slamaran. kabupaten ya Linggo
DeleteSama banget dgn batu di gunung padang cianjur ya. Cuma beda ukuran kayaknya. Coba ajak ahli geologi buat bahas batu-batu itu, nay. Seru kayaknya mengupas keberadaan batu2 itu dgn ilmu pengetahuan & disambungin sama mitos atau legendanya.
ReplyDeletekatanay sih masih ada penelitian teh dari arkeolog
DeleteWaaah, boleh juga neh kalau suatu saat ke Pekalongan. Hehe, kalau begini saya jadi ingat sego megono :)
ReplyDeletemegono mendoan yeey
Deletewisata sejarah memang ga ada habisnya ya mba. selalu ada cerita baru yang tak terekspos. Mba nay keren bisa menggali legenda dari masyarakatnya juga. Amiwei itu lihat pondasinya aja udah megah, sayang ya ga jadi selesai.
ReplyDeleteiya, kiranya mau buat apalah ya
Deleteaku inget totebag itu.. menginspirasi aku buat selalu bawa haha..
ReplyDeletetotebag dari Palembang dong ini...yeyyy
Deletebaru tau situs ini mbak Inayah, terima kasih ya..
ReplyDeleteceritanya bikin penasaran ...
jadi membayangkan struktur apa ya pahatan sebesar itu
Sekedar meluruskan,
ReplyDeleteBatuan tersebut bukan diukir oleh manusia mbak, tapi batuan tersebut terbentuk proses volkanik...
Menurut arkeolog:
Batuan tersebut terbentuk karena proses geologi. Batuan beku ini keluar dari perut bumi. Menjelang sampai permukaan, batu akan mengering dan kemudian memecah. Pecahan batu ini membentuk balok-balok batu dengan penampang segi lima.
Wisata seperti ini memang harus tetap dilestarikan dan dijaga kelestariannya
ReplyDelete