Pernahkah kita mempertanyakan
keyakinan yang selama ini sudah kita bangun? Bahasan agama dalam konteks yang
masih sederhana namun dijabarkan dengan detil dalam kisah seorang anak manusia
bernama Sofyan. Membandingkan suatu hal berdasarkan kitab suci Al-Qur’an,
alkitab, dan taurat tentu bukan hal yang ringan dan smebarang orang bisa
lakukan. Penulis berani membawanya sebagai tema dasar novel ini. Tak berlebihan
jika Embun di Atas Daun Maple disebut mampu mengeksplorasi kebenaran Islam. Sebuah
bacaan yang patut dipertimbangkan untuk mengisi waktu luang, barangkali kamu
akan menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini hanya mengendap di
pikiran. Misalnya, tentang ‘mengapa wanita yang menstruasi dilarang sholat atau
puasa, bukankah itu diskriminasi?’
Identitas Buku
Judul: Embun di atas Daun Maple
Penulis: Hadis Mevlana
Penerbit: Tinta Medina
Tahun terbit: 2014
Jumlah halaman: 286
ISBN: 978-602-9211-726
Sinopsis
Rerimbunan daun maple telah
bersaksi atas keimana dan keteguhan Sofyan, pemuda muslim Teluk Kuantan. Hidup
di negeri orang sekian tahun, berjarak hari dan waktu, membuatnya kerap dilanda
rindu pada Emak dan ‘Aini, seringkali ia ingin pulang meski belum saatnya.
Berulang wkatu, keyakinan akan
Dia tersampaikan dengan indah di Kanada, tepatnya di Saskatoon. Sofyan kian
diuji, hadirnya begitu berarti bagi Kiara, gadis orthodox berparas cantik
Rusia-Aceh, lengkap dengan beribu tanya tentang Tuhannya, dan Kiara mengaguminya.
Sayangnya, kekaguman ini tidak hanya milik Kiara, mawar berpuisi yang sering
dikirimkan kepada Sofyan juga menjadi bukti kekaguman seorang yang lain.
Di antara cita-cita dan cinta,
Sofyan tetap harus pulang menjadi kebanggaan Emak dan ‘Aini. Lalu, kepada siapa
rindu terjaga, atau mungkin sebagai candu saja?
Lalu, siapakah pengirim mawar
berpuisi? Dan apakah Kiara hanya mengagumi Sofyan, bagaimana dengan cintanya? Keyakinannya?
Kepada siapakah hati Sofyan akan bertaut? Ataukah hanya teruntuk Emak dan ‘Aini?
Review
1| Sampul & Layout
Sampul novel embun di atas daun
maple ini mengingatkan saya dengan 9 summer 10 autumn. Bedanya..dia apel ini
daun maple. Hehe...cukup elegan sih, lumayan foto-able lah.
Layoutnya ngga bikin sakit mata
kok, baik itu penataan teks maupun pilihan hurufnya. Hanya saja, untuk judul di
tiap bab saya mengalami beberapa kesulitan sebab penggunaan huruf sambung.
2| gaya bahasa
Kalau kamu kurang paham dengan
bahasa sastra yang njlimet, tenang saja ya...embun di atas daun maple mudah
dipahami kok. Bahasa sehari-hari saja yang digunakan. Ada beberapa kosakata
perancis yang disertai keterangan. Barangkali kamu ingin belajar bahasa
perancis, bisa sekalian deh.
3| Penokohan
Tokoh utama Sofyan, hmm...kurasa
karakternya kurang kuat. Okelah, dia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan pelik
tapi kok masih kurang greget gitu ya. Justru saya merasa Kiara lah yang karakternya
paling kuat di sini.
4| Tema cerita
Anak Indonesia yang kuliah di
luar negeri, muslim, berasal dari keluarga sederhana, dipertemukan dengan
pergolakan cinta serta pertanyaan mengenai keimanan. Tema ini mengingatkan pada
Ayat-ayat cinta dan 99 Cahaya di Langit Eropa. Jujur sih, saya bosan dengan
novel Islami seperti ini.
Yang membuat saya bertahan adalah
rasa penasaran tentang diskusi-diskusi perbandingan agama antara para tokohnya.
Oiya, kalau kamu doyan baca
puisi, selamatttt deh. Ada puisi romantis bertebaran di dalamnya. Serius,
penulisnya kece banget bikin puisi.
5| Perbandingan Agama
Rasanya tidak fair jika seseorang
menafsirkan agama lain dari kacamata atau sudut pandang agamanya sendiri. Jika kamu
mau menafsirkan agama A, haruslah menafsirkan menurut kacamata agama A itu. Tentunya
harus menurut kaidah-kaidah tafsir dan teologi serta menurut asumsi-asumsi
agama itu snediri, bukan menurut agama lain. Jadi, saat kau ingin menafsirkan
al-fatihah bukan menurut asumsimu pribadi tanpa tahu secara mendalam al-fatihah
dan tafsirnya menurut Al-Qur’an dan sunnah. Apalagi subjektif sesui selera
untuk kepentingan agama sendiri. Saya sepakat dengan pernyataan penulis di
halaman 99 itu.
Rate
3 of 5
Quote
Ini adalah quote favorit saya
dari Embun di Atas Daun Maple.
‘setelah kerinduanku untuk
Tuhanku, keluargaku, dan saudara seimanku, kini kau meluluhkan perasaanku, dan
tetiba kau juga ada di rinduku’.
Embun di Atas Daun Maple cocok
dibaca untuk kamu yang penasaran dengan keyakinan yang selama ini kamu anggap
benar.
Bagus juga nih buat yang ingin mengetahui kebenaran, tapi dari ceritanya malah seperti ke roman ya?
ReplyDeleteRoman nya dikit ko
DeleteUntuk hal membaca buku aku salut bangat dengan mu inayah. Perlu banyak belajar dan meniru kebiasaan mu yang ini dech.
ReplyDeleteWah aku lagi males baca lho ini kaak
DeleteAku setuju mbak dengan point yang menyebutkan bahwa untuk membandingkan agama lain tidak bisa dengan sudut pandang sendiri. :)
ReplyDeleteYeppp sepakat
Deletepengen baca bukunya
ReplyDeleteBeli bisa kak
DeleteMang masalah selera ya nay, sama akupun sejujurnya lagi bosen baca novel islami yang alurnya rerata hampir sama, skolah di luar, jatuh cinta dibalut nuansa religi
ReplyDeleteHmmmm
Iyahhh bosenn
DeleteKece bgt reviewnya.
ReplyDeleteSusah banget nyari blogger buat review buku ini. Hihihi.
Iya komparasi *apasih* agama itu agak sensitip sih menurutku.
Btw, akhirnya itu loh... jadi...
Itu loh apa nih mba...hehehe ...doakan aja yaa
DeleteBagus nih bukunya
ReplyDeleteSilakan dibaca ...
Deletewa, lagi nyari bacaan baru. Boleh ah nanti kalo ke toko buku lagi beli :)
ReplyDeletesiiip mba
DeleteIstikharah, Naya kl menurutku jika blm ada calon ngapain dijadikan pertimbangan, toh yg nyata udah didepan mata..
ReplyDeleteIstikharah, Naya kl menurutku jika blm ada calon ngapain dijadikan pertimbangan, toh yg nyata udah didepan mata..
ReplyDeleteMeskipun mungkin gaya bahasanya gak njelimet, tapi tema yang diangkat rasanya cukup berat ya Jeung Nay...
ReplyDeleteBanget mas Dani
Deletebagus bukunya...nanti hunting ke gramed ah
ReplyDeletemakasih atas sharenya mbak