Saksi sejarah |
Sore itu senyap, darah berceceran di halaman berbatu, beberapa onggokan jasad manusia terlihat samar diterpa matahari senja yang kian menguning. Bau anyir bercampur aroma mesiu menguar bercampur menambah kengerian. Sesekali terdengar langkah sepatu dan percakapan-percakapan pendek berbahasa Jepang. Petang bertanggal 3 Oktober 1945, hari yang sangat penting untuk masyarakat Pekalongan.
Gedung bertuliskan ‘1850’ yang saya sambangi petang kemarin adalah saksi perjuangan kemerdekan Pekalongan. Sebelum digunakan sebagai kantor residen yang bersebelahan dengan markas Jepang, gedung ini juga menyimpan sejarah lain. Kantor pusat industri gula Jawa Tengah pernah berpusat di sini.
Pekalongan Pusat Industri Gula
Pernah saya membaca literatur berbahasa Inggris yang bercerita tentang fakta bahwa Pekalongan adalah pusat industri gula Jawa Tengah yang penting. Kebun luas, pabrik pengolahan canggih, dan transportasi maju seperti jalur kereta sudah masuk ke wilayah Pekalongan bagian dalam. Wonopringgo adalah pusat untuk Pekalongan, sedangkan pusat untuk Jawa Tengah adalah di Kota Pekalongan.
Gedung yang saat ini terletak di jalan Pemuda kota Pekalongan adalah saksinya. Gedung ini sangat megah berdesain art deco khas Belanda. Tahun pembuatan tertulis tegas di puncak bagian depan. 1850 kala itu, jadi saat ini (2016) usianya sudah 166 tahun. Woow.
Kantor Residen
Residen Pekalongan meliputi Pekalongan, Batang, Pemalang, Tegal, hingga Brebes. Semua plat ‘G’ masuk dalam residen Pekalongan. Kantor pusat residen Pekalongan saat itu adalah di gedung ‘1850’ ini. Hingga masa pendudukan Jepang, kantor residen berjaya dan menjadi bangunan penting di jantung kota Pekalongan.
Bagian dalam |
Peristiwa 3 Oktober 1945
Kapan Indonesia merdeka? Awas ya kalau nggak tahu...bisa disebut melecehkan negara apalagi jika diaampaikan di depan khalayak...hehehe. 17 Agustus 1945 proklamator mengumandangkan teks proklamasi. Bendera merah putih berkibar di lapangan Banteng dengan backsound lagu Indonesia Raya. 17 Agustus 1945 di Pekalongam masih sepi-sepi saja. Beberapa hari kemudian, kata ‘proklamasi’ mulai menjadi desas-desus di kalangan masyarakat.
Jepang beranggapan bahwa kekuasaan status quo harus tetap dipertahankan di wilayah Pekalongan. Siang hari tanggal 2 Oktober 1945 para tokoh bermusyawarah di gedung ‘1850’ yang saat itu menjadi rumah residen. Hasil musyawarah itu, keesokan harinya mereka akkan mengadakan pertemuan dengan Jepang di markas yang berada di samping ‘1850’. Markas Jepang yang dimaksud saat ini sudah berubah menjadi masjid Suhada.
3 Oktober 1945 pagi hari. Delegasi Indonesia berjalan kaki dari rumah residen gedung 1850 kr markas Jepang. Masyarakat Pekalongan sudah menunggu dan berkerumun di sekitar markas. Senjata bambu runcing di tangan mereka.
Salah satu pintunya |
Perundingan berlangsung ketat dan alot hingga tiba-tiba terdengar suara tembakan. Suara yang kelak diklaim berasal dari senjata tentara Jepang. Masyarakat tak ayal menjadi sasaran utama mereka. Banyak yang menjadi korban saat itu. Kesepakatan tak berujung, pertempuran meletus, bendera merah putih dikibarkan deengan paksa oleh dua orang pemuda di atas markas Jepang.
Gedung 1850 kini
Meski sering melewatinya, barulah kemarin sore saya menyambanginya. Gedung bersejarah yang terdiri dari 4 bagian itu telah menjadi bangunan tua. Angker? Kalau malam hari tentu saya tak beranu uji nyali di sana. Mas Irkham dan mba Elys para pegiat fotogragi di Pekalongan memperkenalkan saya dengan gedung ini. Eh ternyata di sana juga sedang ada kawan-kawan komunitas world wide instameet Pekalongan yang sedang hunting.
Kami, pemuda-pemudi Pekalongan memanfaatkannya sebagai lokasi pemotretan yang menarik. Menyimpan sisa kegagahan gedung 1850 dalam frame seperti ini, suatu saat bisa bermanfaat jika kelak keindahannya semakin lapuk.
Lokasi gedung 1850
Kamu tahu jalan pemuda Pekalongan? Sangat strategis. Di jalur pantura sekitar 5 menit dari stasiun Pekalongan ke arah timur (kota). Jika kamu menemukan belokan dengan tugu monumen proklamasi 3 Oktober 1945 di sebelah kanan, coba menengok ke kiri. Itulah lokasi kantor samsat cepat saat ini yang bersebelahan dengan masjid megah Suhada. Masjid yang dulunya adalah markas Jepang itu berornamen tugu bambu runcing di halamannya.
Cara masuk kesini gratis kok. Kalau tidak ada security ya masuk saja...kalau ada security ya ijin dulu.
Terima kasih sudah membaca cerita traveling kali ini...visit Pekalongan yuk!
Jadi.. gedung ini sebetulnya ada securitynya nggak sih?
ReplyDeleteSecurity yg 'kasat mata' mba? Hihihihi...ada kalau hari kerja. Kemarin saya kesitunya pas tanggal merah jadi gda
DeleteSayang tampak kurang terawat ya..
ReplyDeleteBegitulah bu...lama lama melapuk
DeleteKalo lagi main ke pekalongan sering lewatin gedung ini Mbak, suka bertanya-tanya dalam hati tapi belum pernah diceritain sejarahnya gedung ini sama saudara2 yang disana
ReplyDeleteJadi...sekarang sudah tahu kan mba sejarahnya? Nanti mba yang cerita ke saudara2 di Pekalongan :)
DeleteKalo lagi main ke pekalongan sering lewatin gedung ini Mbak, suka bertanya-tanya dalam hati tapi belum pernah diceritain sejarahnya gedung ini sama saudara2 yang disana
ReplyDeleteKalau masuknya malam pasti lumayan bikin merinding ya hehe.
ReplyDeleteHahaaha bukan lumayan lagi mba. Fix deh merinding
DeleteKalau memang masih ada petugas keamanannya setidaknya lebih baik. Minimal bisa menghalau oknum-oknum nggak nggenah yang biasa mencorat-coret tembok bangunan terlantar. Semoga saja gedung 1850 ini kelak dirawat secara baik. Paling nggak, ya nggak berakhir digusur jadi bangunan baru...
ReplyDeleteIya sepakat. Kalau sudah jadi toko...hotel...mungkin feel sejarahnya akan berubah.
DeleteHmmm kok ya syerem kalo udah baca darah2 gitu.
ReplyDeleteGedung tua itu biasanya sih emang ada penunggunya
Aaaaaww mba Ratu tau aja
DeleteHmm pasti banyak penunggunya yang mbak tempatnya.
ReplyDeleteWallahu a'lam...untungya aku ga bisa melihat yg begituan hahaha
DeleteHarus bakar menyan nih.
ReplyDeleteHahaha...
Gak ding becanda kog.
Coba di rawat ya, bisa nambah PAD.
Hahaha makin serem kalau bau menyan
DeleteNay, kamu bisa jadi Duta Pariwisata Pekalongan nih. Kereeen :)
ReplyDeleteDuta wisata di sosial media aja...kalau yg di catwalk itu pasti yang bening2 wkekek
Deletesalam kenal, saya sari orang pekalongan yang sudah lama di jakarta. senang banget ada yang menulis tentang gedung ini, kebetulan saya juga mau add missing place di google maps tentang gedung ini. mbaknya kenal irkham wwim ya, bilangin dapat salam dari sari halilintar, pasti dia tau haha.. i will very appreciate if you can visit back to my blog bit.ly/sarifoto thanks :)
ReplyDeleteIya mba nanti saya salamin.
DeleteMakasih sudah berkunjung
Keren banget foto bagian depannya. Btw, kok nggak dijadiin museum?
ReplyDeleteMungkin kedepannya begitu
DeleteDulu hampir ikut demo gara2 monumen 3 okt itu. Masalahe dhewe aku ora pati paham hahahahaaa. Maklumlah anak muda (waktu itu), sing penting semangat. Sekarang diingatkan lagi sejarahnya. Thanks.
ReplyDeleteDemo bagaimana mba? Aku malah baru tahu lho...
DeleteSkarang ini bangunan masih ada gak si mbak. Apa sudah di ganti gedung. Saya pingin bgt berkunjung soalnya.
ReplyDeleteTerimakasih
masih ada...
DeleteWah kalau pulang kampung harus sempet2in 'observasi' kesini nih ,sayang kalau di lewatkan.
ReplyDeleteOiya mbak ,kalau ada waktu tulis juga mbak sejarah pabrik gula yg ada di sragi-pekalongan ,juga pabrik gula yg ada di Comal baru. Saya menghabiskan masa kecil saya di daerah situ ,tapi minat untuk mengetahui tentang sejarahnya baru muncul ketika sudah tidak tinggal disitu.
Mohon referensinya mbak ,sebagai informasi tambahan pengetahuan saya .
Terima kasih.
Sekarang udah dijadikan tempat kuliner klo malam,
ReplyDeleteMisal pngen ujinyali gausah takut. Sambil nongkrong ngopi2 nikmatin suasana malam yg romantis alla belanda heeheee
Mba gedung nya digoogle maap gak ada
ReplyDelete