Jika ada yang bertanya aroma apa yang mengingatkan pada suasana rumah, jawaban saya adalah teh jolotigo. Teh ini berbeda dengan teh yang ada di pasaran, entah itu produk lokal maupun impor. Bukan harum aroma melati layaknya teh di Indonesia, teh jolotigo punya kekhasan aroma yang berasal dari proses pembuatannya.
Resep teh ini masih asli dari jaman Belanda, pun dengan alat-alat yang digunakan untuk mengolahnya. Tidak heran, jika sampai sekarang teh ini masih layak ekspor dan tetap kami gemari. Kalau kamu penggemar teh, harus coba teh jolotigo ini di rumah saya.
Budaya Ngeteh
Saya terbiasa ngeteh di pagi atau sore hari, kadang pagi dan sore sekaligus. Ngeteh itu sudah jadi budaya yang mungkin diturunkan dari nenek moyang. Dibanding kopi, teh lebih aman untuk perut saya. Teh juga adalah pelepas kejenuhan yang ajaib. Meski produk teh sudah beraneka rupa, yang tersaji di rumah saya selalu teh jolotigo. Lebih mantap dan sedap.
Kebun Belanda
Teh Jolotigo tumbuh di perkebunan teh Jolotigo, letaknya 40km sebelah selatan Pantura Pekalongan. Kalau kamu tahu Petungkriyono, lokasi kebun Jolotigo ini sebelah utaranya. Sebelum kamu masuk kawasan konservasi Petungkriyono, kamu akan melewati area perkebunan Jolotigo. Selain dari wilayah Jolotigo, teh ini juga berasal dari perkebunan Tombo di Batang.
Syahdu kan? |
Orang Belanda kok tahu saja ya? Jadi pada jaman baheula..mereka datang ke Jolotigo dan membudidayakan teh di sana. Bukan Cuma menanam, orang Belanda itu juga membuat pabrik pengolahan. Hasilnya, mereka jual ke luar negeri.
Teh Hitam
Dari awal didirikan, teh Jolotigo masih tetap memproduksi teh hitam. Memangnya apa sih teh hitam itu? Teh hitam adalah teh yang pada saat proses pembuatannya menggunakan oksidasi penuh. Aduh, bagaimana itu? Intinya sih, si daun bagian pucuk itu dilayukan secara penuh dan digiling secara maksimal hingga semua enzimnya keluar. Maka dari itu, kadar kafein teh hitam jadi lebih banyak daripada teh hijau atau teh oolong. Pun dengan warna seduhan teh hitam yang lebih pekat.
Rahasia Sedap
Menurut saya, rahasia sedap teh Jolotigo ini pada proses pengeringannya. Mungkin karena mesin drying yang digunakan masih sisa Belanda dan panasnya dari pembakaran kayu, hasilnya mantap. Justru kesederhanaan ini yang membuat rasanya terjaga dan masih otentik.
Proses pembuatan teh
Pucuk daun teh dipetik sejak pagi buta oleh ibu-ibu yang berdandan manis. Iya, ibu-ibu pemetik teh itu cantik-cantik lho. Sekitar jam 10 pagi, pucuk-pucuk masuk ke pabrik untuk dianalisa. Setelah itu, si pucuk siap dilayukan.
Dengan suhu dan kelembaban tertentu, si pucuk teh dibiarkan layu. Pemanasnya berasal dari pembakaran kayu juga lho, sedep makannya nanti. Dini hari, teh yang sudah layu mulai digiling. Usai digiling, pucuk teh yang sudah berwarna kehitaman itu dicacah hingga halus. Pencacahannya melewati beberapa tahap.
Usai dicacah, teh didiamkan untuk proses oksidasi. Sekitar jam 9 pagi, teh-teh basah dalam tray siap dikeringkan dan disortasi sesuai grade-nya.
Makin penasaran dengan teh Jolotigo?
Wah, langsung ngebayangin harumnya waktu diseduh.. :)
ReplyDeletemungkin sama kek d Wonosobo ada Teh Tambi gitu kali ya? ada aroma khas yang beda sama teh kebanyakan
Nah...Tambi sama Jolotigo itu rasanya hampir mirip karena tumbuh di ketinggian yang hampir sama. Proses pengolahannya juga hampir sama..
DeletePabrik teh jolotigo angker banget katanya ya say
ReplyDeleteMasa sih mba? Mau tak ajak uji nyali ke situ? Hihihihihi....
DeleteAku sering jalan sendirian lho di kebun atau pabrik
Yasalaaam....adem banget itu tempaaat...btw, sama! Suka teh dibanding kopi.
ReplyDeletePernah ke Jolotigo belum mas?
Deleteaku ngeteh malem atau pagi seringnya sih haha
ReplyDeleterulnay ilangin dong verify yg pake captcha di blogmu
gengges lama2
Hehe banyak spam. Oke..nanti captcha aku non aktifin tapi pake moderasi
Deletewah bicara soal teh, kayaknya saya sudah lupa bagaimana rasa teh yang asli. ya karena seringnya bikin teh dari teh instant celup itu. rasanya sungguh beda dibanding pas kapan hari ke karanganyar, ke perkebunan teh, tehnya sungguh sedap ada sepet2nya
ReplyDeleteNah..itu..teh yang murni sedapnya beda.
Deletekalo tanpa gula enak ga?
ReplyDeleteMasih tetap sedap
DeleteTehnya enak kayanya, pakai gula pasir atau gula aren mbak
ReplyDeletePakai gula apa aja nikmat
Deletewah, ini deket kampung mbak ART ku... coba kalo dia mudik, aku minta bawain teh ini deh mbak.. Jadi penasaran.. aku bukan pecinta teh sih, tapi sesekali minum teh dengan gorengan sore2 ;).. drpd kopi, utk skr lebih memilih teh :)
ReplyDeleteWhah...iya tuh minta dioleh olehin teh aja
DeleteTeh itu lebih sbg kegiatan yg mempertahankan kebersamaan keluarga. Kalau kopi lebih privat. Kangen aroma melati yg sering lewat sekolahku di SMA 1 Pkl dulu, untuk dikirim ke pabrik teh. Aku blm pernah ke Jolotigo.
ReplyDeleteSampai sekarang pun masih harum melati kalau lewat situ mba..
DeleteThank You for bringing me into memorable places..that bridge !
ReplyDeleteThis used to be my playground..
Times gone so fast
kalo beli di bali di mana yach....
ReplyDeletecerita n videonya keren banget.....pernah 2 kali singgah ke jolotigo duh emang membekas di hati....btw di mana ya bisa beli teh seperti itu di pasaran? sdh coba hampir semua yg ada di toko....tak ada yg seenak itu
ReplyDeletecoba cari di pasar doro
DeleteMba,saya harus blusukan ke pasar mana ya biar bisa langsung ketemu?
ReplyDeleteSaya sudah cari di pasar kedungwuni,tapi ga menemukanya.
Oya btw,coba dong review/bikin tulisan tentang pasar kedungwuni,
Kayanya se Kab pekalongan cuma psr kedungwuni aja yg sampai sekarang belum tersentuh renovasi,
Disana juga pusatnya grosir celana jeans,kuliner jaduel juga banyak,
Sebagai bahan penyemangat,saya siap jadi pendamping selama proses pencarian data,hehe,,sekalian biar kenal..
Soalnya Pesan saya lewat fb belum kebales sama kamu.mksh ya
di pasar Doro aja...oke nanti ditulis di pekalonganku.com
Delete