Mencintai dengan bijaksana. Sudahkah? Sedang belajar. Beberapa waktu ini memang lagi concern baca-baca buku nikah. Eh..? Maksudnya buku bacaan tentang pernikahan. Kata seorang teman "kayaknya udah siap banget mbak?" Justru karena saya belum ada persiapan sih. Cara mencintai saja masih ala anak remaja belasan tahun.
Kebetulan di buku yang sedang saya baca ini ada pembahasan sekilas tentang mencintai dengan bijaksana.
Tidak gegabah dan terburu-buru
Terburu-buru baper (kebawa perasaan). Belum tentu segala kenyamanan yang dirasakan harus berakhir pada pernikahan. Alamak. Jauh amat ngomongngya? Iyya..kode yang bukan kode. Jangan sampai jadi Koper (korban perasaan) deh. Baper itu bisa dikondisikan. Intinya, menjadikan asumsi sebagai landasan adalah tidak disarankan. Susah yahh kalau udah urusan rasa.
Tidak terlalu menampilkan isi hati
Nahhh..karena urusan rasa ini benar-enar nggak bisa bohong, maka menyembunyikannya pun butuh perjuangan. Bukankah mencintai dan bersin itu sama? Dalam hal nggak bisa disembunyikan. Secara otomatis pasti kita bakal ingin berkomunikasi, baik-baikin, mencari tahu, dsb. Trus gimana dong? Kalau bisa jangan sampai si dia tahu, kalaupun tahu..ya jangan 'terlalu'.
Pandai menyiasati perasaan
Urusannya dengan baper lagi nih. Kalau lagi rindu-rindunya atau kalau lagi cemburu-cemburunya,,cobalah disiasati.
Tapikan prakteknya susah? Iya tau, tapi coba pikir...kalau dia juga seorang individu yang punya kehidupan sosial, punya tanggung jawab dsb. In relationship nggak harus 100% bareng kan?
Berhati-hati dalam berucap
Semua orang tahu bahwa sakit hati seringnya timbul dari ucapan. Ucapan sengaja atau nggak sengaja. Bahkan kadang niat kita baik. Tapi belum tentu diterima begitu. Sebaliknya diterima sebagai hinaan atau 'kamu ngatur banget sih!' . Hayoo...
Tugas kita buat tahu kepribadian dan cara komunikasi yang baik dengan pasangan atau calon pasangan.
Pandai mengatur logika
Balik lagi ke pembahasan yang di atas, kalau sudah ngomongin perasaan logika kadang nggak tahu dimana. Asumsi malah muncul dimana-mana. Cinta nggak perlu logika? Perlu,,biar tetap bijak.
Mengutip dari buku Lautan Langit, 'semeresahkan apapun keadaan disertai ketidakpastian, jangan berhenti melangkah'. Melangkahlah dengan bijak.
Masih dari buku yang sama 'belajarlah untuk memperlakukan cinta kita kepada orang lain secara terhormat. Kita akan belajar menyikapi perasaan kita dengan bijaksana'. Kayaknya kalau bisa bijak 100% dalam mencintai, dunia tidak akan ada peperangan. Tidak ada kisah Roro Jonggrang dan Tangkuban Perahu.
yg terpenting sih, bukan tentang seberapa besar cinta yg dimiliki utk orang lain. tapi, sudahkah kita cinta dengan diri kita terlebih dahulu atau belum. ini sbnernya kata'' kalsik sih, tapi sejatinya emang gtu. klo blom bisa cinta dengan diri sndiri, ga usah berani sok''an cinta dengan org lain. ngurusin hidup sndri aja blom bner, msa mau nyusahin org yg kita cintai. kita manusia, bukan benalu. asik.
ReplyDeletesalam kenal, mbak. hehe
asik banget. ehehhe. mencintai diri sendiri salah satunya dengan rajin mandi dan gosok gigi..iyya kaaann (ala Syahrini).
Deletesaya jomblo udah lama mbak. Ngga pacaran lagi. Apa perlu belajar mencintai dengan bijaksana? sementara untuk pernikahan, cari kemudian di halalkan saja tanpa perlu pacaran
ReplyDeletebelajar teorinya sambil mencari tulang rusuk..segera praktekin...
DeleteNah, ini nih... saya juga kayaknya belum bisa bijak soal perasaan :|
ReplyDeletecewe mah gitu ya mbak. eh tapi cowo juga ding...hihihhii sama-sama belajar mba. menjernihkan hati. kalau hati jernih, biasanya kita jadi bisa bedain mana yang bijak mana yang 'ala anak-anak'
Deletejangan ampe ketinggalan kereta...nikah itu sunah kalo sdh siap.....hhehehe
ReplyDeletebtw salam kenal
kalau ketinggalan kereta, beli tiket lagi (semoga ada duit)..
Deletemencintai seseorang dengan bijaksana haha
ReplyDeletesampai sekarang masih belajar buat mencintai dengan bijaksana :)
ReplyDeleteselalu...
DeleteSebab ada urusan bisnis bersma..yg sy hrs bersikap profesional....bkn krn sy lemah..apakah ini termasuk mencintai dg bijaksana atau mendzalimi diri sndiri?
ReplyDeleteMaksudnya menahan diri biar tetap profesional? Iya menurutku itu salah satu cara yang bijak. Apalagi kita kan cewe ya..rasa ya jangan dibunuh, biarkan dia tumbuh,,,tapi sebisa mungkin jangan terlalu ditunjukan ke yang bersangkutan.
DeleteNgomongin cinta sama perasaan emang nggak akan ada habisnya ya :3
ReplyDeleteMakanya lagu, film, puisi...akan terus ada. Aktual deh ya hahaha
Deleteduh perasaannn paling susah dikendalikan :))
ReplyDeleteTul. Apalagi kalau sudah halal ya Nin..pasti kita jadi punya alasan kuat untuk 'baper' karena dia 'milik' kita
Deletebiasanya yang susah itu pakai logika. kalau udah jatuh cinta rasanya buyar ke mana - mana tuh logika :)))
ReplyDeleteItulah, perlunya self controlling ya mba :-)
DeleteMengapa harus tidak perlu memenampilkan isi hati?
ReplyDeleteKalau masih belum halal sih gitu mba sebaiknya...lebih bijak. Meski perempuan memang pada dasarnya ingin diakui. Tapi diakui sebagai apa? Kalau kata teman "kode seperlunya, jangan agresif" hihihihi
DeleteNemu anak ipb juga ahaii, sslaman aku juga anak ipb kok...
ReplyDeleteBetul semua harus dibubuhi logika ya
Salaman juga (trus follow blog) hahaha
Deletegampang gampang susah ya mencintai dengan bijaksana
ReplyDeleteIya mba,,harus selalu 'sadar'
Deleteterima kasih sudah diapresiasi. sebagai pengingat kita semua..
ReplyDeleteWow ... ke 5 pembahasannya benar nih. Memang prakteknya nggak semudah seperti yang ditulis ya, terutama pada pembahasan ke 1,2,3, 5. Jika sudah menikah poin yg ke 5 itu termasuk Salah satu hal penting juga. Keren ya bukunya, jadi penasaran ingin baca langsung :)
ReplyDeletesilakan baca tumblr penulisnya aja mba, soalnya bukunya indie harus pesan.
Delete