Mungkin kamu akan bilang kalau cerita ini layaknya sebuah sinetron. Aku rasa pun demikian, terlalu dramatis. Aku memang terlalu nekat, maklumlah darah muda.
Tiap weekend aku suka menghabiskan waktu dengan berpetualang, kali ini ke sebuah pulau wisata (masih di Indonesia) bersama beberapa kawan. Pulau itu belum berpenghuni, asik tentunya menikmati malam minggu sambil camping.
Sabtu sore, salah seorang dari kami bercerita bahwa mudah saja berenang ke pulau seberang untuk membeli ikan. Aku tertarik, segera menyabet pelampung dan berenang dengan seorang kawan. Udara sore yang sejuk, dan senja di ufuk barat membuatku ringan saja mengayunkan kaki. Ketika tinggal sepertiga lagi jarak yang harus kutempuh, ombak berkata lain. Ombak bilang "hey anak muda, ke tengah laut saja..kau akan menemukan petualangan hebat". Aku menolak,,meronta,,tapi ombak lebih kuat menggulung dan menariku. Semakin kuat aku melawan, ombak semakin buas. Dia menarik kakiku hingga kaku dan tak bisa digerakan lagi.
"Kamu kram? Ayo pegangan yang kuat ke sini" kata temanku yang masih berusaha melawan gulungan ombak. Peluitpun tak berguna lagi..sebab jarak kami ke pulau tempat camping semakin jauh. "Ya Allah,,haruskah aku mati di sini...ditelan arus selat sunda yang kalem dan indah ini permukaanya?" Aku menangis...pasrah sudah dengan kehendakNya.
Antara nyata dan tidak, aku melihat bayangan hitam yang makin lama makin membesar. "Pulau..pulau" seru kami berdua. Dengan sisa tenaga, akhirnya sampai kami pada pulau yang entah apa namanya. Tanpa penghuni, hutan rimbun, dan suasana mistis. Langit semakin gelap. Berbekal sebuah pelampung, aku menghangatkan diriku di bawah pasir sambil terus menatap ke laut menunggu bantuan. Jam 9 malam, kami tercekat dalam udara dingin dan hawa aneh saat sebuah kapal nampak dalam jangkauan penglihatanku. "Priittt priiittt" nampaknya kapal mendengar suara peluit dan mendekat. Itulah kapal yang mencari kami berdua. Kapal yang hampir putus asa setelah menyisir perairan sejak sore. Rupanya kawan-kawan kami memanggil bala bantuan, dan mereka sangat khawatir bahkan mengira akan menemukan kami berupa jasad.
Seakan ini adalah nyawa keduaku. Allah masih memberi kesempatan sekali lagi agar aku menyiapkan bekal, mengisi penuh ransel,,untuk perjalanan di kehidupan selanjutnya. Alhamdulillahirabbil'alamiin.
taken by erbete, edited by me |
Aku takkan kapok bersentuhan dengan alam. Kuceritakan semua ini, satu hari sebelum kutaklukan puncak gunung lawu dengan semangat 17 agustus.
Dituturkan secara lisan oleh seorang sahabat dengan nama pena Erbete.