Dari Amiru aku belajar bahwa tak semua orang mendapat berkah untuk mengabdi kepada orangtua. Karena Amiru, kemana pun aku merantau, setiap ada kesempatan, sesingkat apa pun, aku pulang untuk melihat ayah dan ibuku. Hlm. 392
~ ditulis di kereta Menoreh (Pekalongan-Pasar Senen)
Identitas Buku
Judul: Ayah
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun terbit: 2015
Jumlah halaman: 412
Genre: Novel
Sinopsis (goodreads)
Betapa Sabari menyayangi Zorro. Ingin dia memeluknya sepanjang waktu. Dia terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah dan seluruh kebaikan yang terpancar
darinya. Diciuminya anak itu dari kepala sampai ke jari-jemari kakinya yang mungil. Kalau malam Sabari susah susah tidur lantaran membayangkan bermacam rencana
yang akan dia lalui dengan anaknya jika besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat pawai 17 Agustus, mengunjungi pasar malam, membelikannya mainan,
menggandengnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan memboncengnya naik sepeda saban sore ke taman kota.
yang akan dia lalui dengan anaknya jika besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat pawai 17 Agustus, mengunjungi pasar malam, membelikannya mainan,
menggandengnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan mengaji, dan memboncengnya naik sepeda saban sore ke taman kota.
Review
Andrea Hirata selalu apik bermain kata, lihai dengan plot, setting selalu di kampung halamannnya yang tak habis dikupas tentang keunikan dan keindahannya. Novel Ayah sudah saya nantikan. Kuajak dia traveling ke Cilacap, Nusakambangan, dan kuselesaikan tepat pada fathers day....tepat saat perjalanan pulang dari mengunjungi Kedua orang tua di Pekalongan. Berkali-kali saya menyeka air mata membaca kisah ini, khususnya di bagian akhir. Sebuah kekuatan cinta Ayah.
Alur novel Ayah maju mundur. Seorang teman pernah bertanya "ini Sabari dan Amiru berhubungan nggak sih?" Sabar kawan, kau akan menemukan jawabannya di 10 halaman terakhir. Hahahaha. "Nggak asik lah kalau sudah baca tebal-tebal eh bersambung" Tidak Boi, ini selesai...penuh haru.
Kalau kau suka puisi, kau akan dimanjakan oleh bertebarannya puisi indah dan dialog ala puisi di sini. Ah sepertinya, gaya penulisan review ku ini pun terpengaruh.
Bukan hanya isi serta pesannya yang bagus, tapi desain sampulnya juga menawan. Tak malu aku membacanya di tempat umum. Seperti novel terbitan luar saja boi. Andrea Hirata menjelaskan cinta dengan mewah, bukan ala picisan bertabur kata tak senonoh. Aman kawan, jika kau baca sambil puasa sekalipun. Heheee.
Rate
Tak kurang tak lebih, 4 dari 5 bintang
Quote
Banyak sekali kalimat indah di Novel Ayah, tiga saja saya sebut. Tak berarti kalimat ini yang terbaik.
"Biarlah kita jatuh cinta dan biarlah waktu mengujinya"
"Kebosanan itu kejam, tetapi kesepian lebih biadab daripada kebosanan. Kesepian adalah salah satu penderitaan manusia yang paling pedih"
"Jiwa manusia memang lebih rumit daripada konstelasi bintang gemintang di angkasa"