Novel yang wajib dibaca orang Indonesia saya rasa. Sebagai jendela ke masa saat negara ini sedang dalam tawanan bangsa lain. Katanya sih, kita akan terlihat pintar kalau pegang buku ini...hahahhaha. Bumi Manusia ini sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa serta memenangkan beberapa penghargaan di dalam maupun luar negeri. Sempat menjadi buku terlarang di masa orde baru, dan tahun ini 2015...sangat susah mendapatkannya kecuali buku bekas.
Identitas buku
Judul: Bumi Manusia
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera
Tahun terbit: 2005, original; 1975
Jumlah halaman: 535
Sinopsis
Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern.
Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban.
Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu .... Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini.
"Kita kalah, Ma," bisikku.
"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."
Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban.
Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu .... Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini.
"Kita kalah, Ma," bisikku.
"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."
Review
Saya yang tumbuh di tahun 90an dan membaca buku ini di tahun 2015, sangat tercengang dengan kondisi Indonesia saat itu. Tentang wanita yang bisa seenaknya diambil sebagai gundik (istri tanpa ikatan apapun), tentang pendidikan formal yang hanya bisa dinikmati orang Eropa, Indo, atau pribumi kaya raya.l, dan yang lebih mengenaskan adalah...tentang jaminan hukum yang sama sekali tidak ada. Bagaimana seorang pribumi warga Indonesia pernikahannya dianggap tidak sah? Ya..karena belum ada pencatatan sipil seperti sekarang. Bagaimana seorang pribumi warga Indonesia yang dianggap melanggar hukum Belanda? Karena di Indonesia tidak ada hukum yang ditetapkan.
Jendela ke masa lalu. Kita harus tahu kondisi negara kita saat itu. Buku di sekolah tak cukup, ya..benar..tak cukup.
Bahasa yang digunakan masih bahasa waktu itu. Tidak susah memahami alur ceritanya, hanya pembaca harus konsentrasi.
Ini tetralogi, jadi ada 4 buku ya. Bumi Manusia adalah seri pertamanya. Tetralogi Buru. Kenapa disebut begitu? Pram menuliskan ini dalam masa pengasingan di pulau Buru.
Rate
3 dari 5 bintang
Quote
Dunia modern tak mampu mendirikan sekolah untuk jadi ahli dalam memenangkan cinta (page 478)