Soal selera sih,,,dan ini bukan selera saya. Susah payah ngeberesin baca. Cuma 1 bintang saya beri, itu untuk setting dan tema yang berbeda...Aceh pasca perang. Lainnya,,,hhmmm...biasa banget. Cara penuturan bahasanya seperti orang nulis diary tapi datar. Penulis cerita sendiri, tanpa peduli pembaca menyelami apa enggak. Pas adegan 'ngeri' atau 'kaget' aja disampaikan dengan cara datarrrr abis. Flat...tak ada yang mengejutkan dari awal hingga akhir. Bisa ketebak.
Penokohan Fais bahkan nggak kuat, dia lebih sering berbicara tentang 'aku'. Entah ya, hikmah dan pesannya itu maunya apa. Hahahaha. Terlalu cabul?
Lelaki macam Fais ini banyak berkeliaran. Kucing garong!!!!! Polos-polos tapi kemaruk. Ganteng dan merasa ganteng. Setelah berbuat salah, termenung, merasa berdosa,,,tapi tak tobat-tobat. Dan setelah menyakiti orang yang dicintainya, dia datang,,,merayu-rayu. Fais dan Tuang Beransyah,,sama saja.