Demi cintaku pada ibuku, aku sering menulis sajak-sajak untuk memuji kemuliaannya. Saat aku memandang raut wajah Ibu, di antara terangnya cahaya kamar tidak ada keceriaan sejati. Pada bola matanya, kepedihan hatinya berbicara. Ingin rasanya aku pupuskan kesedihan Ibu. Dalam keseharian, aku merasakan semua ini, mungkin karena Romo yang memiliki banyak selir. Keprihatinannya ini agaknya tercermin pada ucapannya yang sering dilontarkan padaku, "nduk, mugo mugo suk kowe ojo dimaru." (Nak, mudah-mudahan nanti kamu jangan dimadu).
------
Menjadi istri sultan? Dijadikan permaisuri? Betapa tinggi dan beratnya kedudukan itu. Wanita manapun pasti mengharapkan dan mengidamkannya. Tetapi aku ingat kembali, terbayang wajah ibu yang selalu tampak berduka. Aku ingat ibuku dan harapannya padaku, agar aku jangan sampai dimadu.
"Gusti Noeroel, streven naar geluk"
Post Comment
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung.
Komentar berisi LINK HIDUP akan DIHAPUS.
^^ @Innnayah