Kepala saya sudah pusing
mengelilingi los demi los di pasar Beringharjo Jogja. Rencananya mau mencari
dress, tapi kok belum ketemu yang pas dengan selera. Saat hampir putus asa,
pandangan saya tertuju pada manekin di pojokan sebuah toko. Tak lama kemudian
penjaga toko mengambilkan dress seperti yang saya lihat tersebut. Setelah dilihat
dengan saksama, di bawah kerahnya tertulis “dibuat di Pekalongan”. Begitulah,
batik Pekalongan sudah menjadi legenda dan terkenal kehalusannya sejak dulu sehingga
keberadaanya bisa dipastikan mendominasi pasar Beringharjo maupun Thamrin City
dan Tanah abang di Jakarta. Layak banget kalau Bupati Pekalongan menyuarakan
Tagline Pekalongan Bumi Legenda Batik Nusantara.
Bukti Kejayaan Batik Masa Lampau di Pekalongan
Pekajangan, sebuah kelurahan di
kabupaten Pekalongan yang masih meninggalkan sisa-sisa kejayaan batik di tahun
60an. Gang-gang tertara rapi, rumah dengan gaya kolonial maupun art deco masih
berdiri. Akses pendidikan dari TK hingga perguruan tinggipun telah berdiri di
sana. Sebuah gedung bertuliskan “koperasi batik Pekajangan” yang didirikan pada
1939 nampak selalu ramai dengan kesibukannya kini sebagai tempat pertemuan
hingga hajatan.
Tiga kilometer ke selatan dari
Pekajangan, Oey Soe Tjoen sang legenda batik nusantara telah memulai usahanya membuat
batik peranakan sejak 1930 di Kedungwuni. Ciri khas dari batik buatannya
menonjolkan bunga dan objek lain dengan titik-titik yang membentuk garis
melengkung.
Pasar Kedungwuni |
Oey Soe Tjoen dan istri (dari buku Batik Pesisir Pusaka Nusantara) |
Meski Jepang tidak lama berada di
Pekalongan, pengaruhnya terhadap motif batik menghasilkan batik Djawa Hokokai. Pada
masa itu terjadi kelangkaan kain sehingga bahan mori untuk pembuatan batik
harus diimpor. Lahir pula motif djawa hokokai pagi-sore dimana keistimewaanya
adalah meskipun dipakai seharian tidak akan ketahuan. Ibaratnya sih motif pagi
sore ini ada side A dan side B yang berbeda.
Batik Warna Cerah Itu Dikenal Sebagai Batik Pesisir
Saya orang Pekalongan yang
merantau, jadi hampir setiap pulang kampung ada saja yang menitip untuk
dibelikan batik. Meski online shop sudah menjadi bagian dari kehidupan, tapi
beli batik langsung dari pengrajinnya di Pekalongan punya rasa kebanggaan
tersendiri.
“nitip batik dong”
“beli di online shop aja sih”
“maunya langsung gitulah, selain murah, juga kan bisa kualitasnya lebih baik”
“mau yang kayak apa?”
“ya yang cerah-cerah gitu, sekiranya buat ngemall pantes, buat ke kawinan masuk”
Kurang lebih selera orang-orang
seperti itu setiap nitip batik ke saya. Batik dengan warna cerah dan berani
memang ciri batik pesisir yang dimiliki Pekalongan. sebenarnya, batik pesisir
juga meliputi batik yang dihasilkan di Betawi, Cirebon, Batang, Lasem, Lampung,
hingga Bengkulu dan Jambi.
batik dengan ragam hias dan warna khas pesisir |
Peter Carey, ilmuwan Inggris yang
meneliti sejarah Jawa, dalam Enchanted Fabric menyatakan pesisir utara menjadi
tempat lahir kebudayaan yang unik. Kebudayaan ini memiliki masa gemilangnya antara
kejatuhan Majapahit di awal abad XVI sampai perang Diponegoro (1825-1830)
berakhir.
Pesisir Jawa menjadi tempat
pertemuan pedagang, pelawat maupun agamawan dari India, Cina dan pelbagai
penjuru Asia Timur. Di sinilah pendatang Cina, Arab dan Gujarat dari India Barat
memperkenalkan agama Islam. Di sini pula para penjelajah Barat pertama pada
abad XV dan XVI mendarat.
Daerah pantai terletak jauh dari
keraton. Penduduknya lebih terpapar dan lebih mudah menyerap pengaruh luar,
sehingga pesisir utara Jawa menjadi ‘belanga peleburan’. Inilah yang
menyebabkan batik di wilayah pesisir punya corak dan warna beragam.
Batik Petungkriyono
“Pak Failasufnya yang mana?” Tanya teman sebelah saya di padepokan batik pesisir.
“itu lho yang pakai topi koboi”
“wah, kok masih muda banget, kirain sudah sepuh”
Budaya Pekalongan yang egaliter
sejak dulu membuat para seniman batik bebas berekspesi. Diantara Seniman batik masa
kini yang eksis berkarya adalah H. Failasuf yang juga berasal kabupaten
Pekalongan tepatnya Wiradesa. Bapak dari ‘Padepokan Batik Pesisir’ ini sedang dalam
proses kreasi membuat motif
Petungkriyono dengan metode batik tulis.
H. Failasuf, seniman batik Pekalongan |
Petungkriyono natural nature
heritage merupakan salah satu ikon kabupaten Pekalongan. Keberadaanya sebagai
paru-paru pulau Jawa dan rumah bagi flora fauna langka membuatnya istimewa dan
harus dijaga. Jiwa seni Pak Failasuf memanggil untuk menorehkan cantingnya
melukiskan kecantikan alam Petungkriyono.
Saat saya ke padepokan, batik
motif Petungkriyono baru menjalani tahap awal yaitu proses klowongi dan
ngiseni. Belum ada warna sama sekali, jadi penasaran nanti bagaimana hasilnya. Untuk
membuatnya tidak bisa kilat, perlu berbulan-bulan hingga hasil akhir yang
sempurna dapat dinikmati. Mengapa begitu? Sebab proses membuat batik adalah
membuat karya seni yang harus dilakukan dengan segenap hati dan jiwa.
batik motif Petungkriyono karya H. Failasuf |
Proses Pembuatan Batik
Aroma “malam” menyeruak akibat
sensor hidung saya teraktivasi saat masuk ke pranggok batik H. Failasuf. Pranggok
adalah semacam bengkel untuk membat batik dari awal hingga akhir. Ada belasan
pengrajin yang sedang konsentrasi berkarya meski hari sudah siang. Jika ingin
merunut proses pembuatan batik, maka alurnya adalah dari sebelah kanan
Pranggok.
Batik adalah kain yang ragam
hiasnya dibuat dengan menggunakan ‘malam’ sebagai bahan perintang warna,
sehingga zat warna tidak dapat mengenai bagian kain yang tertutup ‘malam’ saat
pencelupan.
Alur proses pembuatan batik tulis
adalah sebagai berikut:
Ngloyori
Sebelum kain mori digambari pola,
ada proses yang harus dilewati yakni ngloyori. Kain tersebut direndam dan
direbus untuk melepas kanji di atasnya.
Ngemplongi
Setelah diloyori kain mori
dipukul dengan palu agar jadi lebih lemas. Kalau kondisi kain sudah lemas dan
lembut lebih enak untuk diproses.
Njaplak
Di sebelah kanan pranggok, kain mori
yang lebar sedang dihamparkan di atas meja oleh seorang pria usia 30an. Tak lama
kemudian, motif burung garuda siap ia lanjutkan untuk dijaplak atau dibuat
polanya dengan pensil.
“mas, ini kok gambar garuda sih?” tanyaku
“iya mba, spesial order untuk agustusan” jawabnya.
batik motif garuda |
Mbatik
Kalau pola sudah dibuat pada dua
sisi, mulailah proses pembatikan dengan canting. Pertama-tama yang dicanting adalah
garis luar atau disebut dengan klowongi. Setelah semua garis luar selesai baru ngiseni
atau mengisi bagian dalam garis luar. Batik
tulis dibuat pada dua sisi kain. Proses mbatik di sisi sebelahnya ini dikenal dengan istilah nerusi.
proses membatik |
Nemboki
Batik pesisir kaya akan warna,
nemboki adalah proses yang cukup krusial dan tak boleh lewat. Bagian motif yang
tidak ingin terkena warna dasar ditutupi dengan malam seakan-akan diberi
tembok.
Medel
Setelah ditemboki, kain batik
dicelupkan ke zat pewarna. Zat warna untuk batik ada yang sintetis, tapi tentu
lebih baik yang alami. Misalnya ketika di padepokan batik pesisir Failasuf,
saya melihat beberapa pewarna alami seperti secang dan tingi.
Kandungan air juga berpengaruh
terhadap hasil pewarnaan ternyata. Warna dan formula yang sama belum tentu akan
menghasilkan wujud serupa jika airnya berbeda.
Ngerok
Malam yang tadi ditembok dan
dibatik akan dikerok dengan logam tipis, misalnya sendok. Tujuannya adalah
untuk mempersiapkan proses ke pencelupan warna selanjutnya.
Nglorod
Setelah proses pewarnaan selesai
semua, bagian akhir adalah nglorod. Nglorod merupakan pencelupan kain batik ke
air panas untuk melepaskan semua malam yang menempel.
nglorod batik |
Fiuuh panjang banget ya proses
pembuatan batik tulis. Kalau mau agak sedikit cepat sih pakai cap, yaitu
canting berbentuk stamp. Prosesnya hampir sama, hanya pembatikannya saja dengan
stamp tersebut yang sudah dicelupkan ke malam.
batik tulis |
Batik merupakan pilar ekonomi bagi warga kabupaten Pekalongan sejak dulu. Ratusan pranggok batik dengan ribuan dapur bertahan padanya. Batik bukan cuma soal kain penutup aurat atau penghias ruangan, sesunguhnya di dalamnya terdapat tutur yang ingin disampaikan si seniman. Seperti H. Failasuf yang menyerukan kecintaan terhadap alam dengan batik Petungkriyono. Atau Eliza Va Zuylen yang memperlihatkan keindahan aneka bunga dari Eropa. Layak sekali, jika kabupaten Pekalongan menyandang tagline sebagai bumi legenda batik nusantara.
Rasanya pengen sekali cepet kesampaian bisa menginjakan kaki di kota Pekalongan, ingin keliling di kota itu, dan pengen bisa belajar membatik juga. Rasanya baca ini semakin cepat pengen ke Pekalongan..he
ReplyDeleteAku sendiri sangat suka pake batik. Ini baca dan komen ini juga sedang pake batik..hehe
Btw, salam kenal ya, Teh :)
ayo ke pekalongan, mampir ke pranggok batik biar bisa melihat prosesnya
DeleteSayangnya, aku belum pernah nyobain scr langsung mbak, batik cap. Hehehehehe, mas Salman udh nyoba
ReplyDeleteberat lho ngecap itu, makanya bapak2 kekar pekerjanya haha
DeleteAku belum paham kain sutra untuk batik :)
ReplyDeletesama saja kan, hanya beda di bahan baku saja
Deletepingin coba buat batik langsung sama pengrajinnya
ReplyDeletebisa ke museum batik mas...
DeleteBatik Jambi itu berarti ada pengaruh dari Batik Pekalongan kayanya ya? Warna-warna batik Jambi cerah ceria, warna merah, hijau, biru terang. Motifnya kebanyakan flora fauna, jadi inget ucapan Pak Bupati tentang ciri batik Pekalongan. Menarik ini kalau ditelusuri, jangan-jangan memang orang Jambi dulu belajarnya dari Pekalongan.
ReplyDeleteiya, batik jambi masih sodaraan dengan kain besurek dan pekalongan dari yang kubaca di literatur batik pesisir
Deletewaw,, mereka terima orderan gambar juga ya, keknya klo nyasar ke "anime" gituh, naruto, pokemon atau semacamnya, bisa nyasar ke remaja perkotaan tuh
ReplyDeletehehhe coba aja ke pak Failasuf, bikin batik pokemon
DeleteAihhhh, jadi semakin penasaran pengen ke Pekalongan deh. Pengen lihat batik di kota batiknya.
ReplyDeleteiya Dew, siapa tahu batik di Purworejo masih sodaraan dengan batik Pekalongan
Deletepekalongan emang batiknya gemeus gemeus banget ya nay... jadi pengen mukena batik deh aku lihat foto di post ini
ReplyDeletebanyak Nin, dan lucu-lucu motifnya.
Deletedari dulu selalu penasaran sama batik Pekalongan, soalnya terkenal banget. kalau batik Petungkriyono sudah jadi, harganya kira2 terjangkau rakyat biasa ga ya?)=)
ReplyDeleteMungkin ga dijual saking berharganyan hehe
DeleteAaaa mbak inayah, jadi pengin kepekalongan.. Liat batik begituan bikin ngilerrr
ReplyDeleteMonggo mampir
DeleteBatik pesisir ternyata kuat pengaruhnya dari peran warga keturunan ya. Warnanya cakep dan nyenengin. Salut buat Pak Failasuf yang turut melestarikan batik sembari meraup sisi bisnis juga. Next time kalau ke Pekalongan mau ke kebun teh ah :)
ReplyDeleteIya, explor yang lain lagi
DeleteIya Kedungwuni pusat batik pesisir pekalongan yaa..emejiing..
ReplyDeleteMba dedew pernah mampir?
Deleteweeww keren yah Pekalongan, sayang banyak seniman batik yang tidak mengabadikan namanya
ReplyDeleteBerkarya. Itu yang penting
Deletewow, amazing, gak nyangka sepanjang itu prosesnya, pantesan mahal ya karena karya seni dan pengerjaannya bener-bener kreasi handmade. Kalo istilah2 ngebatik keluar dalam ujian sekolah, rasanya agak sedikit pusing kalo gak biasa praktek haha
ReplyDeleteHahha iya istilahnya pakai bahasa lokal
Deletebatiknya emang cantik-cantik banget warna dan motifnya
ReplyDeleteSangat kaya ragam hias
DeleteBener, saya juga pertama ngira Pak Failasuf itu udah tua. Eh ternyata masih muda gitu, gayanya juga santai
ReplyDeleteHahha ternyata sama saja
DeleteRada penasaran sama hasil akhir batik yg inspirasinya dari alam kab.pekalongan
ReplyDeleteFull keindahan panorama
Pan kapan temen-temen Blogger harus maen ke Padepokannya Sang Maestro Batik Tulis Pekalongan (Bapak Sapuan) ^^v
ReplyDeletememang pekalongan terkenal dengan batiknya, tapi kota solo juga gk kalah saing sama batik dari pekalongan.
ReplyDeletepekalongan memang terkenal akan budayanya, salah satunya ya batik itu. kita sebagai orang Indonesia supaya bisa melestarikannya..
ReplyDeleteKota pekalongan memang sangat terkenal dengan batiknya...
ReplyDelete